Karang Taruna tidak Boleh Gagap Teknologi dan Siap Jadi Konten Kreator

Karang Taruna tidak Boleh Gagap Teknologi dan Siap Jadi Konten Kreator
Pelatihan “Konten Kreatif bagi Karang Taruna” di Aula Kapanewon Gamping, Sleman, Senin (7/7/2025). (Istimewa)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Di tengah perkembangan teknologi dan derasnya arus media sosial, pemuda Karang Taruna dituntut tak hanya aktif dalam kegiatan sosial. Mereka juga harus mampu tampil sebagai kreator konten yang positif dan inspiratif.

Hal ini yang mengemuka dalam pelatihan “Konten Kreatif bagi Karang Taruna” yang dimulai Senin (7/7/2025), di Aula Kapanewon Gamping, Sleman. Sebanyak 20 peserta dari berbagai desa di wilayah Kapanewon Gamping berkumpul mengikuti pelatihan selama tiga hari.

Kegiatan ini merupakan inisiatif Dinas Sosial Kabupaten Sleman untuk membekali generasi muda dengan keterampilan dasar produksi konten, dari tulisan, foto, hingga video pendek. Tujuan utamanya agar pemuda Karang Taruna mampu memanfaatkan teknologi untuk menyuarakan potensi lokal serta membangun citra positif komunitas mereka.

Dalam sesi pembukaan, Direktur LPK Imbia, Suryono menyampaikan pentingnya peran pemuda dalam era digital saat ini.

“Kalau dulu pemuda cukup jadi panitia tujuhbelasan, sekarang harus bisa juga jadi penyebar cerita positif lewat media digital. Karena di situlah sekarang pertempuran narasi terjadi,” ungkapnya.

Suryono mengingatkan generasi muda, khususnya yang tergabung dalam Karang Taruna, tidak boleh gagap teknologi. Menurutnya, dunia content creation bukan sekadar tren, tetapi sarana aktualisasi diri dan alat perjuangan sosial yang sangat relevan untuk pemuda desa.

“Pemuda Karang Taruna harus jadi agen perubahan. Tapi perubahan hari ini tidak cukup dilakukan di lapangan saja. Harus masuk ke ruang digital. Konten adalah senjata barunya,” ujar Suryono.

Dalam paparannya, Suryono memperkenalkan dasar-dasar dunia content creator, seperti memahami target audiens, mengenali jenis platform digital, serta pentingnya menyampaikan pesan dengan cara yang menarik namun bertanggung jawab.

Ia juga menekankan aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam produksi konten digital, terutama saat menggunakan perangkat seperti kamera, tripod, atau lighting. Simulasi teknis dilakukan secara langsung, dan peserta tampak antusias mencoba satu per satu perangkat yang disiapkan.

Menurut Suryono, tantangan utama yang dihadapi pemuda desa adalah akses dan keberanian untuk memulai.

"Banyak potensi, banyak cerita. Tapi kadang pemuda kita malu untuk tampil, atau bingung mulai dari mana. Nah, pelatihan ini hadir sebagai langkah awal,” katanya.

Melalui pelatihan ini, Karang Taruna diharapkan tidak hanya menjadi organisasi yang aktif secara fisik, tetapi juga aktif secara digital. Para pemuda diharapkan bisa memanfaatkan teknologi untuk memperkuat identitas komunitas, menyuarakan isu-isu sosial, dan menjadi contoh positif di jagat maya.

“Kalau kita tidak cerita tentang desa kita sendiri, siapa lagi? Dan kalau tidak sekarang, kapan lagi?” ungkapnya.

Setelah sesi pengantar tersebut, pelatihan dilanjutkan dengan materi seputar penyusunan ide dan penulisan naskah. Para peserta pelatihan dibagi dalam empat kelompok. Mereka ditantang membuat konten dengan tema-tema yang dekat dengan kehidupan Karang Taruna, seperti kegiatan sosial, kisah tokoh muda inspiratif, atau kearifan lokal desa.

Konten-konten tersebut nantinya akan dipublikasikan di media sosial sebagai bagian dari kampanye digital Karang Taruna. (*)