Ini Kelebihan Lethong Liman, Pupuk Kotoran Gajah Produk GLZoo Yogyakarta

Ini Kelebihan Lethong Liman, Pupuk Kotoran Gajah Produk GLZoo Yogyakarta

KORANBERNAS.ID – Melalui uji laboratorium maupun uji lingkungan selama satu tahun, Lembaga Konservasi Gembira Loka Zoo (GLZoo) Yogyakarta berhasil mengolah kotoran atau feses gajah menjadi pupuk organik berstandar pemerintah.

Selain tidak bau, pupuk ini juga punya kelebihan. Tanaman serta sayuran yang dipupuk pakai kotoran gajah terbukti lebih subur dibanding menggunakan pupuk lain.

“Secara alamiah kami sudah melakukan proses uji coba pada tanaman sayur. Hasilnya cukup bagus dan lebih subur,” ungkap Yosi Hermawan SPd, Manajer Pemasaran GLZoo Yogyakarta.

Didampingi Kabag Edukasi Muh Fazir Safrudin SPd serta Kabag Humas GLZoo, Eros Yan Renanda, Rabu (18/9/2019), Yosi menyerahkan 40 karung pupuk kotoran gajah kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Ir H Suyana. Setiap karungnya seberat 15 kg.

Pupuk tersebut digunakan memupuk taman, pohon perindang maupun pohon-pohon langka di Ruang Terbuka Hijau Publik (RTHP) Gajahwong Educational Park Gambiran Yogyakarta.

Menurut Yosi, bantuan pupuk ini merupakan bagian dari program CSR (Corporate Social Responsibility) atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang dilakukan manajemen kebun binatang itu untuk turut serta berkontribusi menghijaukan Kota Yogyakarta.

“Bantuan pupuk ini untuk mendukung program pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas RTHP Kota Yogyakarta menuju RTHP yang sejuk, indah dan bermanfaat,” paparnya.

Ke depan GLZoo akan melakukan koordinasi dengan BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) mengingat gajah merupakan satwa dilindungi undang-undang. “Segala sesuatu yang ada pada gajah tidak boleh dijualbelikan termasuk kotorannya,” tandasnya.

Pupuk buatan GLZoo ini diberi merek Lethong Liman, artinya kotoran gajah, berasal dari feses gajah Sumatra koleksi GLZoo. Setiap bulan dihasilkan sekitar 100 karung pupuk.

“Pupuk ini sudah melalui beberapa tahap pengolahan. Setiap proses pengolahan feses tersebut benar-benar diperhatikan untuk mendapatkan hasil pupuk yang baik, bermula dari feses yang baru dikeluarkan hingga melewati proses uji lab, pengemasan dan siap didistribusikan,” terangnya.

Suasana Gajahwong Educational Park. (sholihul hadi/koranbernas.id)

Kepedulian GLZoo ini dilandasi alasan penggunaan pupuk kimia yang berlebih merusak kesuburan tanah. “GLZoo memiliki koleksi gajah delapan ekor. Kita manfaatnya fesesnya menjadi barang yang berguna,” ungkapnya.

Sebagai gambaran, setiap ekor gajah dalam satu hari menghasilkan kotoran 50 kilogram. Dari delapan ekor gajah setiap harinya dihasilkan kotoran lebih dari 300 kilogram atau setara satu bak terbuka motor roda tiga merek Viar.

Hanya saja dia mengakui, proses pengelolaan feses gajah memang berbeda dengan kotoran satwa lainnya. Feses gajah susah terurai.

“Jika tidak kita olah menjadi dilematis, kalau feses kita biarkan berdampak negatif. Butuh waktu tiga minggu sampai satu bulan,” tambahnya.

Selain itu, feses gajah seratnya berbeda. Artinya, perlu treatment khusus untuk bisa dikelola menjadi pupuk. “Kotoran gajah volumenya paling besar. Jika dibiarkan akan menggunung. Kami simpan di suatu tempat kemudian terurai jadi pupuk. Produksi Lethong Liman ini sudah dua tahun terakhir,” kata dia.

GLZoo Yogyakarta tidak hanya mengolah pupuk kotoran gajah tetapi seluruh kotoran satwa siap dimanfaatkan sebagai pupuk, termasuk lima unta yang setiap hari menghasilkan lebih kurang 15 kilogram feses.

Kondisi sungai Gajahwong yang berada persis di tepi RTHP. (sholihul hadi/koranbernas.id)

Tidak ribet

Muh Fazir Safrudin menambahkan, penggunaan pupuk Lethong Liman selain tidak ribet juga membantu memperbaiki struktur tanah yang rusak akibat penggunaan pupuk kimia.

Adapun proses pengolahannya dengan cara ditambahkan batang pisang, sekam padi serta pasir dan abu sehingga netral. ”Jenis tanaman yang cocok sayuran, buah dan juga tanaman kayu keras,” kata dia.

Lethong Liman apabila dipakai untuk tanaman bumbu dalam pot atau tabulampot bisa tahan dua kali tanam tanpa harus ganti pupuk.

Kepala DLH Kota Yogyakarta Suyana mengapresiasi bantuan pupuk dari GLZoo Yogyakarta. Pupuk itu nantinya tidak hanya digunakan di RTHP Gajahwong tetapi digunakan pula untuk 45 RTHP di setiap kelurahan.

“Tidak hanya di sini. Kita sebarkan ke tempat lain. Pemupukan dilakukan dua kali biasanya awal musim hujan dan akhir musim hujan,” ucap dia.

Pupuk organik berguna tidak hanya menambah unsur hara di dalam tanah tetapi juga mampu memperbaiki struktur tanah yang mengalami kerusakan.

Suyana mengakui, pupuk kimia pabrikan memang reaksinya lebih cepat. Hasilnya instan langsung terlihat tetapi dampak negatifnya merusak tanah.

“Tanah di Jogja ini berpasir maka harus lebih banyak dan lebih bagus menggunakan pupuk organik.” ungkapnya.

Dia yakin pupuk kotoran gajah sudah steril, tidak ada uret yang bisa membunuh tanaman. “Saya yakin proses di GLZoo sudah bagus,” kata dia. (sol)