Hargai Fitrah Anak, Kenalkan Seni Sejak Dini

Hargai Fitrah Anak, Kenalkan Seni Sejak Dini

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Puluhan anak usia Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar pamer karya selama satu minggu di Galeri Lorong, Nitiprayan, Bantul, Yogyakarta. Pameran bertajuk "Dengarlah Ceritaku" ini merupakan pameran kedua Ruang Anak sejak 2019 silam.

Karya-karya berkisah celoteh anak-anak yang sangat lucu dan inspiratif. Goresan-goresan spontan penuh kejujuran dalam puluhan lembar kanvas dan kertas berbagai ukuran. Format yang berbeda-beda dan warna cat akrilik hingga cat minyak atau pensil, semua punya cerita sendiri-sendiri.

Ulfah Kazonli dalam tulisan kurorialnya mengakui, ada keasikan tersendiri saat menikmati karya-karya seniman kecil ini, seperti ada kekuatan yang menggiring kita untuk menyusuri tiap detail ruang. Semua memiliki perannya, elemen warna, garis dan bentuk seakan mengungkapkan kebahagian, keceriaan, hingga kebebasan ekspresi yang mengantarkan ke sebuah imajinasi ruang permainan.

Dengan kecenderungan warna-warna yang keras, cerah, dan ceria, kemudian dengan garis yang liar, spontan dan bebas. Bentuk-bentuk naif yang unik dan Iucu-Iucu, asik untuk diamati sambil mendengarkan mereka bercerita atas apa yang telah tervisualkan dalam sebuah karya, sangat alami dan bebas.

Ketua penyelenggara Yovita Ika Fimbriani mengungkapkan,  Pameran ini ingin sekali memberikan ruang kepada mereka untuk berimajinasi lebih, agar apa yang ingin mereka ceritakan bisa tersampaikan. Ruang dimana ekspresi itu bisa lebih tervisualisasi.

"Pameran ini juga merepresentasikan keresahan akan sedikitnya bakat anak yang bisa diakomodir oleh institusi pendidikan. Seringkali bakat tidak dapat berkembang karena “beban” sekolah, orang tua dan lingkungan. jangankan bakat, kebebasan anak untuk berkespresi dan berimajinasi hilang karena “tekanan” dalam bentuk nilai-nilai raport, lomba dan sebagainya," paparnya disela-sela pameran,  Sabtu (18/1/2020) di Galeri Lorong, Nitiprayan.

Seniman Nasirun saat ditemui usai membuka pameran Dengarlah Ceritaku juga menyayangkan hal tersebut. Begitupun keseragaman yang diajarkan oleh institusi pendidikan termasuk sanggar-sanggar lukis. Menurutnya fenomena ini tak hanya ada dikota Yogyakarta namun kota-kota lain diseluruh Indonesia.

"Cara pamer karya anak-anak usia dini sangat baik mulai dilakukan, Yogyakarta sebagai kota Seni selayaknya memiliki pangung yang tak terbatas bagi seniman-seniman muda seperti ini," imbuhnya.

"Saya khawatir jika anak-anak ini menggambar di dalam lingkup ruang yang sempit, di kursus ataupun tidak ada kursus itu tergantung metodologinya. artinya, jika anak kita ajak piknik ke Prambanan, bukan berarti mereka harus menggambar tentang Prambanan. Di sana mereka boleh menggambar apa saja, dengan mengambil suasana di Prambanan," lanjutnya.

Penting untuk berinteraksi dengan alam luar ruang yang tidak ada dalam kurikulum lanjut Nasirun, tidak hanya menggambar didalam ruangan. Diluar kita bisa melihat flora dan khasanah kekayaan Indonesia, baik kultur maupun orang lain yang berinteraksi dengan kita, hal ini menjadi sangat penting agar anak semakin mencintai Indonesia.

"Selain lingkup ruang yang sempit, hal lain yang tak kalah bahaya bagi generasi muda kini adalah ruang seukuran genggaman yang bernama gadget dengan segala kemudahannya,' pungkasnya.(yve)