Gibran Jadi Cawapres Prabowo, Goenawan Mohamad Kecewa, Butet Nangis

Gibran Jadi Cawapres Prabowo, Goenawan Mohamad Kecewa, Butet Nangis
Goenawan Mohamad.

KORANBERNAS.ID, JAKARTA--Putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, akhirnya maju sebagai calon wakil presiden, setelah beberapa waktu sebelumnya Mahkamah Konstitusi (MK) memutus perkara batas usia capres cawapres.

Diketahui, pada Sabtu (21/10) Wali Kota Solo itu datang ke acara Rapimnas Golkar. Ia menerima hasil Rapimnas Golkar dari Airlangga Hartarto yang isinya mencalonkan Prabowo dan Gibran sebagai pasangan Capres-Cawapres.

Keputusan itu menjadi perdebatan. Banyak yang marah dan kecewa pada praktik politik ini. Presiden Joko Widodo dinilai sebagai orang yang paling bertanggung jawab dan dinilai membuat kekeliruan besar di akhir masa jabatannya.

“Salah untuk memusuhi Jokowi dan melupakan prestasinya. Tapi salah juga untuk mengabaikan langkahnya yang keliru, bisa merusak sendi pokok hidup bersama kita — keadilan, “fair play”, dan kejujuran,” cuit budayawan Goenawan Mohamad pada akun Twitternya @gm_gm.

Goenawan memang cukup keras berbicara terkait putusan MK yang dianggap menjadi jalan bagi Jokowi mencalonkan anaknya menjadi Cawapres Prabowo. Dan itu terbukti, Gibran benar-benar menerima pinangan Golkar untuk jadi Wakil Prabowo.

“Yang paling berbahaya dan merisaukan dalam Pilpres 2024, adalah hilangnya kepercayaan bahwa pemilu jujur dan adil dan ada wasit yang tidak berpihak. Tanpa kepercayaan itu, yang menang tak akan diterima, yang kalah akan menyimpan sakit hati. Dan bangsa bisa retak,” tambahnya.

Pernyataan lebih keras lagi disampaikan budayawan asal Jogja, Butet Kertaradjasa. Butet yang dua periode mendukung Jokowi mati-matian, mengaku menangis dengan ulah Jokowi di akhir masa jabatannya.

“Saya mendapatkan informasi politik A1 dan saya syok. Saya itu nangis, betul-betul nangis,”kata Butet.

Ia mengatakan turut berpartisipasi memenangkan Jokowi pada Pilpres 2014 dan 2019. Ia menilai Jokowi adalah presiden yang amanah, bekerja melayani rakyat dan peduli pada kebudayaan.

“Dan putra-putranya saat itu hanya jualan martabak, pisang goreng. Tidak ada ambisi politik. Waktu berangkat mengantarkan Jokowi, anak-anaknya itu culun-culun semua. Seneng aku, ini presiden keren sekali. Dia role model pemimpin yang baik yang didambakan bangsa,” tambahnya.

Tapi di akhir masa jabatan yang hanya tinggal beberapa bulan saja, lanjut Butet, Jokowi melakukan tindakan di luar nalar. Ia menggunakan kekuatan negara untuk memuluskan pencalonan anaknya menjadi wapres.

“Lha terakhir permainannya kok kaya gini. Nangis aku. Dia ngotot dengan keinginannya untuk memberangkatkan Gibran jadi Cawapresnya Prabowo,” tegasnya.

MK, lanjut Butet, dijadikan alat untuk memuluskan keinginannya itu. Dan itu yang membuat ia semakin sedih. Ia bahkan sudah mengirim surat pada Jokowi untuk mengingatkan langkahnya yang dinilai keblinger.

“MK yang dilahirkan dari perjuangan Reformasi “98, yang meminta korban sejumlah nyawa. Kok cuma untuk main-main urusan domestik sebuah keluarga. Perkara domestik kok yang dipertaruhkan bangsa dan negara,” kecamnya. (*)