Dulu Salvador Dali Tahun Ini Mochtar Apin

Dulu Salvador Dali Tahun Ini Mochtar Apin

KORANBERNAS.ID -- Pekan Seni Grafis Yogyakarta 2019 (PSGY 2019) segera dihelat. Dua tahun silam, event itu sukses mengenalkan karya-karya pelukis Spanyol Salvador Dali.

Tahun ini, PSGY 2019 diselenggarakan untuk mengingat kembali Mochtar Apin. Dia adalah seniman nasional yang terkenal tak hanya sebagai pelukis tetapi juga  pengajar seni di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Mochtar Apin juga banyak berkiprah di Komunitas Gelanggang Seniman Merdeka bersama penyair Chairil Anwar, Henk Ngatung, Asrul Sani, Baharuddin Marasutan dan beberapa seniman lintas disiplin pada masa kemerdekaan.

Dengan tema besar Relief Print, Karakter dan Sejarahnya di Indonesia, PSGY 2019 berlangsung 14-27 September 2019.

Tak hanya memamerkan karya-karya bersejarah milik Mochtar Apin dan Baharuddin Marasutan, pada PSGY 2019 juga ditampilkan karya-karya seniman dari berbagai studio grafis dan seniman individu di Yogyakarta.

Agenda PSGY 2019 yang lain adalah workhshop terbuka teknik seni grafis, cara membuat kertas hingga ke restorasi kertas yang tentu tidak bisa lepas dari seni grafis.

Kurator PSGY 2019 Bambang "Toko" Witjaksono mengatakan, dihadirkannya karya Mochtar Apin ini tak hanya karena karyanya sebagai seniman seni grafis Indonesia.

Setahun peringatan kemerdekaan Republik Indonesia (1946), Mochtar Apin dan Baharuddin Marasutan mengukir sejarah. Karya cukilan linoleum mereka berfungsi sebagai alat diplomasi negara lndonesia pada waktu itu.

"Sesuatu yang unik karena seni menjadi bahasa politik pada waktu itu, belum pernah terjadi di negara mana pun. 36 seri karya cukil kayu diberikan ke negara-negara yang mengakui kemerdekaan Republik Indonesia waktu itu. ada 10 karya Mochtar Apin dan 9 karya Baharuddin Marasutan", paparnya dalam konferensi pers di Museum Senibudoyo Yogyakarta, Kamis (13/9/2019).

Kurator Pekan Seni Grafis yogyakarta 2019 Bambang 'Toko' Witjaksono menunjukkan sebagian karya Mochtar Apin. (muhammad zukhronnee ms/koranbernas.id)

Mereka berdua adalah seniman yang banyak membuat reklame, poster maupun majalah, terutama ketika sebelum Indonesia merdeka hingga Indonesia merdeka.

“Sayangnya sampai saat ini kita tidak mendapatkan karya asli yang dikirimkan ke negara-negara yang mengakui kemerdekaan Indonesia sebagai ucapan terima kasih," lanjut Bambang.

Terakhir dia memperoleh info karya-karya itu ada di National Gallery Singapore. “Sayangnya sampai detik ini kami tidak dapat izin untuk meminjamnya keluar," tambahnya.

Sebagian karya-karya yang akan dipamerkan diperoleh dari putri mendiang Mochtar Apin.

Yang menarik dalam budel karya tokoh seni grafis Indonesia itu adalah dalam tiap bundel ini selain ada prakata dari komunitas gelanggang seniman merdeka, juga terdapat bagaimana Mochtar menulis tentang teknik pahatan lino atau teknik cetak tinggi yang kemudian dipakai untuk mengenalkan dan mempopulerkan seni grafis ini hingga masuk dunia akademis.

"Tampilnya karya-karya ini menurut saya bisa dijadikan cermin bagaimana seniman-seniman se-angkatan Mochtar memberi pengaruh kepada seniman-seniman sekarang,” tandasnya.

Hal itu bisa dijadikan bahan untuk berkaca, mengenal perkembangan seni grafis Indonesia sejak awal hingga saat ini. “Termasuk di dalamnya bagaimana seni grafis ini dalam kehidupan masyarakat," tandasnya.

Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Adat, Tradisi, Lembaga Budaya dan Seni Dinas Kebudayaan DIY, Eni Lestari Rahayu, mengatakan PSGY 2019 meerupakan satu dari beberapa upaya Dinas Kebudayaan DIY dalam upaya merawat dan membina seni rupa di provinsi ini.

"Selaku pengampu kebudayaan, kami selalu punya kewajiban mendukung seluruh aktivitas seni rupa di Yogyakarta. Kita tidak pilih-pilih satu dengan yang lainnya. harapannya semoga semua seniman bisa merasakan Dana Keistimewaan. selain itu hal ini juga terasa untuk seluruh masyarakat Yogyakarta," kata dia. (sol)