Catat, Program Merdeka Belajar Diklaim Kurangi Stres

Catat, Program Merdeka Belajar Diklaim Kurangi Stres

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Empat program pokok kebijakan pendidikan “Merdeka Belajar” yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim diyakini mampu mengurangi beban stres yang dirasakan siswa, guru maupun orang tua.

Empat program tersebut adalah Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi.

“Merdeka belajar menggunakan metode yang merdeka. Semua harus hepi. Tidak ada tekanan. Jika ada yang merasa terpaksa berarti ada sesuatu yang salah,” ungkap Ade Erlangga Masdiana, Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, Kamis  (26/12/2019) malam, di Mantra Indian Kitchen Jalan Urip Sumoharjo 103 Yogyakarta.

Didampingi Kabag Hubungan Antar Lembaga Taufik Dahlan, Kabag Publikasi Anang Ristanto dan sejumlah pejabat lainnya, Ade menjelaskan pihaknya akan terus melakukan sosialisasi Merdeka Belajar termasuk melalui media massa.

Dia kemudian merinci satu per satu empat program tersebut. Ujian Nasional (UN) tetap diberlakukan pada tahun 2020. Baru kemudian pada 2021 diubah bentuknya menjadi assessment kompetensi yang diberlakukan pada kelas 4, 8 dan 11 sesuai level pendidikan SD, SMP dan SMA.

Kenapa assessment dilaksanakan di tengah jenjang pendidikan, menurut Ade, karena akan terbuka kesempatan untuk evaluasi. Diharapkan tidak ada lagi kebiasaan guru maupun orang tua stres harus mencari-cari soal ujian.

Melalui assessment terbuka pula peluang untuk melakukan pemetaan kompetensi berdasarkan kemampuan pengetahuan, literasi dan numerasi siswa. Minat siswa terhadap seni atau olahraga juga menjadi bahan pertimbangan. Selain itu, juga bisa dipetakan standardisasi sekolah.

Ade menambahkan, ujian penentuan siswa dinyatakan lulus atau tidak lulus pada 2020 sepenuhnya diserahkan ke sekolah. Hal ini mengingat esensi pendidikan adalah bagaimana mencapai hasil yang optimal. Keberhasilan tidak hanya ditentukan hanya dengan satu atau dua jam mengerjakan soal ujian.

“Sekarang ini anak SD dipaksa menyerap soal-soal ujian secara cepat dan singkat, belum tentu diajarkan di sekolah. Hal seperti itu tidak boleh terjadi lagi. Itulah Merdeka Belajar,” terangnya.

Artinya, siswa diarahkan agar mengusai permasalahan secara utuh. Ibarat tukang kayu, tidak ada lagi ujian menyebutkan peralatan seperti palu atau baut tetapi mereka disiapkan memiliki kemampuan menjadi tukang kayu yang mampu membuat meja.

Artinya, bukan lagi harus menjawab pertanyaan berapa jumlah kaki meja. “Program Merdeka Belajar ini mengambil esensi yang sesungguhnya, bukan sekadar mengetahui nama-nama tetapi lebih mendalam,” jelasnya.(yve)