Seni Dinilai Mampu Mengakselerasi Perubahan Sosial

Seni Dinilai Mampu Mengakselerasi Perubahan Sosial

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Beragam aktivitas perlu menggunakan berbagai pendekatan seperti memanfaatkan media seni. Ini karena seni dinilai mampu mengakselerasi perubahan nilai-nilai sosial.

Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (PKBI DIY), lembaga yang berorientasi pada pemenuhan kesehatan seksual dan reproduksi, berupaya mewujudkan keluarga dan masyarakat yang bertanggung jawab dan inklusif. Salah satu strategi yang dilakukan dengan menghadirkan festival film dengan nuansa berbeda.

Kegiatan ini bukan hanya sebagai perayaan menyambut ulang tahun pada 23 Desember, tetapi juga menjadi sebuah wadah untuk memberikan stimulan dan dukungan kultural bagi pemenuhan hak kesehatan seksual dan reproduksi di masyarakat secara bertanggung jawab serta inklusif.

Budhi Hermanto selaku Pj Direktur Eksekutif Daerah PKBI DIY dalam keterangan tertulisnya, Senin (19/12/2022), mengatakan kegiatan nilai-nilai atau perilaku baru di masyarakat itu diabadikan dalam sebuah medium visual bergerak seperti video maupun film.

Inisiatif ini berangkat dari adanya perkembangan teknologi digital dan penggunaan sosial media oleh siapa pun yang memiliki konteks sosial cukup luas menjadikan film bergeser menjadi inklusif, baik secara substantif maupun teknis.

“Semua orang yang saat ini rata-rata memiliki handphone berkamera sudah dapat memproduksi film dengan narasi apapun, tanpa tersandera oleh kepentingan-kepentingan pasar yang mungkin selama ini sering hinggap dalam proses produksi film. Mengingat kekuatan dari sebuah film, maka inklusivitas film sebagai budaya baru di masyarakat ini penting untuk dirayakan dan dimanfaatkan dalam rangka mendorong terwujudnya kondisi masyarakat yang lebih baik,” ungkapnya.

Menurut Budhi gagasan yang muncul melalui film tak lagi diposisikan sebagai sebuah keluaran yang eksklusif dari ranah industri perfilman, melainkan telah menjadi sebuah produk budaya yang dihasilkan oleh masyarakat luas secara inklusif.

Perkembangan inklusivitas di ranah pembuatan film ini oleh PKBI DIY dimaknai sebagai sesuatu yang penting untuk menunjang aktivisme dalam pemenuhan hak seksualitas dan kesehatan reproduksi bagi masyarakat, sehingga perlu untuk dirayakan sekaligus sebagai upaya pengarsipan produk pengetahuan yang beredar di masyarakat.

Dessy Hosianna sebagai Panitia Penyelenggara menambahkan pihaknya mengusung tema perempuan dalam festival film yang pertama kali dilakukan ini. Tema itu dilatarbelakangi persoalan sosial yang mengemuka akhir-akhir ini, cukup banyak berkaitan dengan perempuan.

“Diangkatnya tema ini selain diharapkan dapat menunjang aktivisme PKBI DIY, juga berangkat dari bagaimana PKBI DIY memandang subyek perempuan sebagai subyek yang penting dalam mewujudkan masa depan yang lebih baik, namun selama ini masih didominasi oleh budaya patriarki dan maskulin,” tandasnya.

Berbagai tema penting lainnya dihadirkan dalam festival yang direncanakan akan digelar setiap tahun. Festival dimulai dari open call, kurasi film, aktivasi film, apresiasi film, screening dan diskusi, hingga workshop kreatif.

Pada 18 Desember 2022, diadakan screening dan diskusi dengan judul Screening Sinambi Ngangkring, mengusung konsep diskusi santai dengan nuansa angkringan agar suasana pertukaran pengetahuan terjadi lebih nyaman dan menyenangkan. Acara di PKBI DIY itu terbagi dua sesi yaitu pre-event pada pukul 15:00-18:00 dan main event pada pukul 18:00-21:00.

Saat pre-event, peserta dipersilakan melakukan scan barcode pada menu screening yang telah diberikan agar dapat menonton tiga film yang telah dipilih oleh kurator secara independen berjudul Sua Tanpa Suara, Jaman Edan dan Sepanjang Masa, serta satu film commission work berjudul Ketika Nala Melepas Kopernya.

Pengunjung dapat berbincang mengenai film-film tersebut bersama keluarga, teman, kerabat dan lainnya sembari menikmati hidangan angkringan yang telah tersedia.

Pada sesi main event diputar tiga film terpilih dan satu film commission work dilanjutkan diskusi. Sesi ini diakhiri pemberian penghargaan kepada tiga film terpilih sebagai film inspiratif.

“Rangkaian kegiatan festival film ini masih berlanjut dengan Workshop Kreatif Female Gaze VS Male Gaze yang dilaksanakan Selasa 20 Desember 2022 secara gratis pula di PKBI DIY,” kata Dessy. (*)