Selama Pandemi, Angka Stunting Diprediksi Meningkat
KORANBERNAS.ID,BANTUL--Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan secara nasional angka stunting (Balita gagal tumbuh karena kekurangan gizi kronik,red) saat ini 27,67 persen. Angka ini diprediksi naik hingga angka 32,5 persen karena situasi pandemi covid-19.
“Untuk itulah, saat ini kami menggandeng 1.000 mitra untuk ‘memerangi’ stunting pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) seorang anak. Seribu mitra ini dari swasta, NGO dan pihak-pihak lain, termasuk untuk DIY menggandeng Rotary Club Mataram Yogyakarta,”kata Hasto saat acara Penanda tanganan Nota Kesepahaman (MoU) Perwakilan BKKBN DIY dengan Rotary Club Mataram Yogyakarta serta pencanangan Great Babies Program (Program Bayi Hebat ) di Pendopo Seni Lombok Abang Bekelen,Tirtonirmolo,Kasihan, Bantul, Senin (14/6/2021).
Untuk memerangi stunting, lanjut Hasto dimulai sejak 56 hari pertama kehamilan dimana organ tubuh terbentuk secara keseluruhan. Kemudian bisa diperbaiki atau dikoreksi hingga 1000 HPK seorang anak atau hingga usia 2 tahun.
Mereka yang menderita stunting, lanjut Hasto memiliki ciri berbadan pendek,daya pikirnya rendah dan setelah tua diatas usia 45 akan mengalami kegemuk yang setral atau obesitas.Biasanya di bagian perut sehingga mudah terkena penyakit sroke,jantung,kencing manis osteoporosi, dan penyakit lainya.
"Maka penderita stunting ini rentan terhadap serangan berbagai penyakit. Untuk itulah, kita semua harus bersama-sama mencegah stunting pada anak cucu kita, karena selain rentan peyakit, penderita stunting akan menjadi penduduk yang tidak produktif,"katanya.
Diantara langkah yang bisa diambil, khusunya calon ibu untuk mempersiapkan kehamilan. Adalah bagaimana asupan gizi seimbang terpenuhi, cukup asam folat, vitamin D, vitamin C dan tidak mengalami anemia.
“Maka menjelang menikah, seorang calon pengantin harus memeriksakan kesehatanya. Ketika ada anemia, harus mengkonsumsi pil penambah darah paling tidak 90 hari. Jadi , kalau yang ingin hamil, harus ada perencanaan dan persiapan agar anaknya tumbuh sehat. Kalau asam folat ini juga penting, karena jika kekurangan asam folat, plasenta menjadi tipis dan lebar. Akibatnya makanan untuk bayi dari ibu tidak maksimal terserap. Selain itu, jarak minimal kehamilan tidak kurang dari 3 tahun, karena jika terlalu rapat selain ancaman stunting, anak juga akan bisa menderita autisme,”urai Hasto.
Dengan penyiapan tadi, maka jangan sampai muncul kehamilan yang tidak diinginkan, karena menyebabkan perawatan terhadap bayi yang dikandung juga tidak maksimal . Ternyata dari data, ada 17 persen kehamilan tidak diinginkan.
Sementara itu Sekda, H Helmi Jamharis MM mengatakan untuktahun 2022 APBD Bantul mengalokasikan anggaran Rp 50 juta tiap pedukuhan. Dana dialokasikan untuk pemberdayaan berbasis masyarakat termasuk
Posyandu,juga PAUD dan infrastruktur.
“Tentunya juga penambahan gizi bagi bayi dan balita,”kata Sekda.
Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting BKKBN DIY, Yuni Hartutiningsih mengatakan “Great Babies program” adalah program anti stunting berkelanjutan dimana dalam pilot project ini BKKBN bekerjasama dengan Rotary Club Mataram memberikan bantuan bagi 18 calon keluarga terpilih.
Keluarga ini akan mendapat pendampingan hingga anak usia 2 tahun dengan bantuan tidak hanya pangam, namun sesuai kebutuhan bayi.
Disebut Bayi Hebat diantaranya lahir minimal beratnya 2,5 kilogram, panjang minimal 48 cetimeter, diberi ASI eksklusif, dan pertumbuhan yang baik di Hari Pertama Kehidupanya (HPK). (*)