Menggali Perdamaian Global Melalui Konferensi IRTI 2024 di UKDW

Hadir 49 peserta dari berbagai negara termasuk Belanda, Amerika Serikat, Inggris, Hungaria, Jerman, Meksiko, Afrika Selatan, Rumania, Ukraina dan Mesir.

Menggali Perdamaian Global Melalui Konferensi IRTI 2024 di UKDW
Konferensi IRTI 2024 "Peace among the Nations: Reformed Theology and Geopolitical Conflicts" di kampus UKDW, Yogyakarta. (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta menggelar Konferensi International Reformed Theological Institute (IRTI) 2024, sebuah acara bergengsi yang mengangkat tema Peace among the Nations: Reformed Theology and Geopolitical Conflicts" Acara itu berlangsung empat hari, 27 - 30 Juni 2024, di kampus setempat.

Hadir 49 peserta dari berbagai negara termasuk Belanda, Amerika Serikat, Inggris, Hungaria, Jerman, Meksiko, Afrika Selatan, Rumania, Ukraina dan Mesir.

Peserta terdiri dari akademisi dan praktisi yang berkomitmen memajukan upaya perdamaian dan keadilan global melalui dialog teologis dan pemahaman geopolitik yang mendalam.

Dr Ing Wiyatiningsih selaku Rektor UKDW menyatakan bangga atas penyelenggaraan konferensi bergengsi ini. Dia menyampaikan penghargaan khusus kepada Profesor Peter Fos, Direktur Tim Manajemen IRTI beserta seluruh tim manajemen IRTI yang telah memberikan kesempatan UKDW menjadi tuan rumah konferensi tahun ini.

Nilai tambah

"Terima kasih juga kepada rekan-rekan kami dan semua peserta dari berbagai negara yang telah meluangkan waktu untuk bergabung dengan kami. Kehadiran Anda memberikan nilai tambah yang besar bagi acara ini," tambahnya.

Konferensi bertujuan untuk mempelajari Teologi Reformed dengan selalu memperhatikan konteks dan pertanyaan dunia masa kini dalam semangat ekumenis.

Melalui ceramah, presentasi makalah dan diskusi, peserta merefleksikan pertanyaan-pertanyaan mendesak seperti bagaimana konflik geopolitik dipahami secara teologis, apa tanggung jawab politik gereja, serta kondisi apa yang membenarkan penggunaan kekuatan militer.

Konferensi diharapkan dapat menjadi platform penting untuk bertukar ide dan mengeksplorasi hubungan antara Teologi Reformasi dan isu-isu geopolitik.

Menginspirasi

"Ini adalah kesempatan bagi kita untuk belajar satu sama lain, saling menantang dan saling menginspirasi, serta mencari kebijaksanaan kolektif dalam upaya bersama untuk mencapai perdamaian," kata dia.

Selama tiga hari ke depan, konferensi diisi berbagai sesi diskusi, presentasi dan workshop yang diharapkan dapat memberikan wawasan baru serta solusi praktis untuk isu-isu global yang sedang dihadapi.

"Semoga waktu kita bersama berbuah dan menginspirasi kita untuk terus berjuang demi perdamaian di antara bangsa-bangsa. Terima kasih dan nikmatilah konferensi ini serta atmosfer diskusinya. Semoga Tuhan memberkati upaya kita," lanjutnya.

Dr Pieter Fos menjelaskan latar belakang tema konferensi tahun ini yaitu perang di Ukraina dan Gaza telah membawa tema perdamaian dan perang kembali ke dalam agenda teologis.

Dampak ekonomi

"Konflik-konflik ini berdampak langsung pada mereka yang terlibat dan juga memiliki dampak politik, ekonomi, dan sosial secara global. Dukungan politik dan militer dari banyak negara terhadap Ukraina menunjukkan dimensi geopolitik dari konflik ini," ujarnya.

Menanggapi situasi yang terjadi, Pieter menekankan agama memainkan peran penting dalam konflik dan perdamaian. Pada satu sisi agama dapat digunakan untuk membenarkan agresi, sementara di sisi lain agama memotivasi perdamaian dan rekonsiliasi.

Tradisi agama juga berfungsi sebagai sumber penting pertimbangan moral tentang penggunaan kekuatan militer untuk melindungi orang-orang yang tidak bersalah dari agresi.

Pdt Devina Widiningsih M Th selaku Koordinator Program dari UKDW menambahkan keterlibatan UKDW dalam konferensi ini membuktikan komitmen universitas, khususnya Fakultas Teologi, melakukan refleksi teologis yang kritis dan mendalam terhadap isu-isu global.

Strategi segar

"Melalui keterlibatan UKDW dalam konferensi IRTI ini, UKDW dapat dilihat sebagai situs refleksi yang menentukan dasar sekaligus melahirkan strategi-strategi segar dan kontekstual sebagai alternatif penyelesaian konflik," ujarnya.

Devina juga menekankan pentingnya menyebarluaskan hasil refleksi teologis kepada masyarakat luas.

"Refleksi teologis diharapkan tidak hanya menjadi diskusi para elite akademisi, tetapi juga dapat diteruskan kepada masyarakat dan akar rumput dalam bentuk-bentuk yang lebih sederhana," tambahnya.

Konferensi Internasional IRTI 2024 diharapkan dapat menjadi momentum penting memperkuat hubungan antarbangsa melalui dialog teologis dan pemahaman geopolitik yang mendalam, serta menginspirasi tindakan nyata untuk perdamaian dan keadilan global. (*)