Kretek Berperan dalam Peradaban Indonesia dan Kontribusi Ekonomi

Kretek Berperan dalam Peradaban Indonesia dan Kontribusi Ekonomi
Kretekus sedang menjajal chete, yaitu seni melukis batangan kretek menggunakan bubuk kopi. (muhammad zukhronnee ms/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN--Kretek, sebagai bagian integral dari peradaban Indonesia, memiliki peran penting yang perlu dirayakan dan dihargai. Kehidupan dan penghidupan jutaan warga Indonesia bergantung pada industri kretek, menjadikannya sebuah elemen kunci dalam struktur sosial dan ekonomi negara ini.

Abe Widiyanta, sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM), menegaskan bahwa kretek bukan hanya sebuah produk, tetapi juga sebuah simbol budaya yang telah membentuk identitas bangsa Indonesia selama berabad-abad.

“Kretek adalah bagian dari peradaban yang perlu kita rayakan. Ini bukan hanya tentang ekonomi, tetapi juga tentang warisan budaya yang kaya dan kontribusi sosial yang signifikan,” kata Abe Widiyanta tuturnya saat ditemui di sela diskusi Tribute to Kretek pada Jumat (31/5/2024) di Kancane Coffee.

Selain sebagai produk budaya, kretek juga membawa dampak signifikan terhadap perekonomian nasional. Data otentik dan akurat menunjukkan, bahwa kontribusi kretek sangat besar terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

“Fakta ini menegaskan bahwa tudingan yang menyebutkan kretek sebagai penyebab kesengsaraan harus ditinjau kembali dengan bukti-bukti nyata,” kata dia.

Narasi tentang dampak kesehatan dari kretek sering kali muncul dengan cara pandang yang berbeda.
“Kebenaran itu tidak bersifat tunggal. Dalam kehidupan yang penuh dengan keragaman, kita harus menghormati berbagai pandangan dan tetap berhak menyuarakan kebenaran yang diyakini,” tambah Abe.

Tembakau, sebagai bahan utama kretek, merupakan tanaman agraris yang telah lama menjadi bagian dari budaya Indonesia. Tembakau dan rempah-rempah lainnya yang diramu dalam kretek menunjukkan bahwa tanaman ini memiliki manfaat yang mungkin belum sepenuhnya dipahami. Debat tentang manfaat dan risiko tembakau harus dilakukan dengan bukti ilmiah yang kuat.

Penelitian-penelitian terbaru telah membantah banyak tudingan tentang dampak negatif kretek, menunjukkan bahwa argumen-argumen tersebut sering kali didorong oleh propaganda pihak tertentu.
Meskipun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau (FCTC) mengendalikan regulasi tembakau secara global, penting untuk dicatat bahwa beberapa negara adidaya belum meratifikasi FCTC.

“Bagaimana mungkin negara-negara tersebut bisa dengan mudahnya menekan Indonesia, yang memiliki sejarah panjang dengan kretek sebagai bagian dari peradabannya?,” tanya Abe.

Kemandirian Indonesia dalam mengelola industrinya sendiri harus dihormati dan diakui sebagai bagian dari hak kedaulatan bangsa. Dengan demikian, peran kretek dalam peradaban dan ekonomi Indonesia harus terus dirayakan dan dilestarikan, sambil tetap membuka ruang untuk dialog dan penelitian yang objektif mengenai dampaknya.

Abe Widiyanta menekankan pentingnya menghargai warisan ini dan terus memperjuangkan hak-hak industri kretek dalam konteks kedaulatan nasional. (*)