Hujan yang Turun Belum Mengisi Sumur, Warga Terpaksa Mengungsi

Hujan yang Turun Belum Mengisi Sumur, Warga Terpaksa Mengungsi

KORANBERNAS.ID—Hujan yang mulai turun di wilayah Borobudur dan sekitarnya, belum mampu mengisi kembali sumur-sumur milik warga. Mereka yang mengandalkan sumur sebagai satu-satunya sumber air, musti memperpanjang nafas dan melapangkan hati, hingga musim hujan nanti benar-benar tiba.

Zakiyah, warga Dusun Genjahan, Ngadiharjo, Borobudur misalnya, hingga saat ini masih kerap mengungsi agar bisa memenuhi kebutuhan air bersih. Dia bersama keluarganya, memilih numpang di rumah kerabatnya yang tinggal di desa sebelah.

“Tidak setiap hari mas. Ya kadang 2 hari sekali. Kalau pakaian kotor mulai menumpuk, biasanya kami ke rumah kerabat untuk mencuci dan sekaligus numpang mandi. Kalau untuk kebutuhan harian, kami memanfaatkan air seadanya. Untuk mandi, kami masih menggunakan air sumur walaupun warnanya masih kekuningan. Tapi kalau kebutuhan memasak, saya biasanya memanfaatkan tandon/ persediaan air bersih bantuan dari luar daerah,” kata Zakiyah, Jumat (13/12/2019).

Zaki tidak sendirian. Hampir semua tetangganya di dusun Genjahan, mengalami nasib serupa. Air di sumur memang masih ada. Tapi volumenya sangat sedikit. Disedot dengan mesin air, kadang sudah tidak mampu. Tapi kalau pas bisa, paling banyak hanya bisa mengisi 2-3 ember. Setelah itu, air di dasar sumur habis lagi.

Bukan hanya Genjahan, dusun-dusun lain di sekitar Borobudur dan Mertoyudan pun merasakan hal yang sama. Berdasarkan data dari Organisasi Penanggulangan Rawan Bencana (OPRB) Desa Banyudono, Kecamatan Dukun, Magelang, wilayah yang terdampak kemarau panjang tahun ini, cukup luas.

Setidaknya, mereka telah mengirimkan bantuan air bersih ke belasan dusun di sekitar Borobudur. Awalnya, bantuan air bersih hanya dikirimkan ke sejumlah dusun, seperti misalnya Waringin Putih dan Dusun Butuh. Tapi dalam perkembangannya, kepedulian warga Banyudono harus melebar dan menjangkau juga warga di Dusun Trukan, Dusun Bleder, Dusun Plaosan, Krambangan dan Dusun Soronatan.

“Di lapangan terus berkembang mas. Karena saat kita mengirimkan bantuan, ada warga yang memberi informasi kalau di tempat lain ada warga yang juga mengalami nasib serupa,” kata Bendahara Tim Pelaksana Bakti Sosial OPRB Desa Banyudono, Agus Gunarto SP.

Anggota BPD Desa Banyudono ini mengatakan, warga mengirimkan air bersih menggunakan water torn yang diangkut dengan mobil pick up atau bak terbuka. Setiap dusun di Desa Banyudono, mengirimkan perwakilan warganya untuk bergabung dalam bakti sosial ini. Warga secara spontan iuran untuk mendanai kegiatan dan menanggung biaya operasional.

Kades Banyudono, Nurhadi, Agus Gunarto dan Fatur, saat mengkoordinasikan belasan mobil bak terbuka yang bersiap mengirimkan bantuan air bersih. (istimewa)

Balas Budi

Kepala Desa Banyudono, Nurhadi mengatakan, bakti sosial pengiriman air bersih untuk warga di wilayah sekitar Borobudur dan Mertoyudan ini, berawal dari spontanitas warga. Warganya mengaku prihatin dan simpati, dengan bencana kekeringan dan krisis air yang dialami saudara mereka tersebut.

Mendengar bencana kekeringan ini, sebut Nurhadi, warganya lantas teringat segala bantuan dan dukungan dari warga di daerah-daerah bagian bawah terhadap mereka, saat terjadi erupsi Gunung Merapi tahun 2010 silam.

“Waktu itu, wilayah kami kan juga terdampak dan parah. Tidak ada yang bisa kami lakukan lantaran semua aktivitas macet total. Saudara-saudara kami yang tinggalnya di bawah dan jauh dari Merapilah yang mengulurkan aneka macam bantuan, sehingga kami bisa bertahan. Jadi sekarang ini, kami tidak bisa membiarkan saudara kami kesulitan,” kata Nurhadi.

Agus Gunarto menjelaskan, aksi sosial pengiriman bantuan air bersih, awalnya dilakukan oleh warga dari sejumlah dusun di Desa Banyudono. Diantaranya Dusun Macanan, Dusun Surobandan, Dusun Gejayan dan Klakap. Aksi tersebut, lantas mengilhami warga dari dusun-dusun lain di Banyudono untuk melakukan langkah serupa. Aksi sosial ini, lantas juga didukung penuh oleh aparat tingkat desa, baik perangkat desa maupun kepala desanya.

“Jadi kami bahu membahu mas. Tapi semua dikoordinir oleh masing-masing dusun,” kata Agus.

Fatur selaku koordinator dari salah satu dusun menambahkan, pengiriman air bersih menggunakan water torn yang diangkut dengan mobil bak terbuka, lebih memudahkan pengiriman sekaligus ke beberapa dusun di Borobudur dan Mertoyudan. Selain melayani kebutuhan setiap rumah tangga, air bersih juga dikirimkan untuk memenuhi bak-bak penampungan air di tempat-tempat ibadah.

“Kapasitas satu water torn sekitar 2.000 liter. Kalau diperlukan, kami kadang bisa 2 hingga 3 kali pengiriman dalam satu hari. Yang pasti sampai bak penampungan warga penuh. Kami akan kirimkan lagi, manakala warga di sana menghubungi kami dan perlu tambahan pasokan,” katanya.

Kepedulian dan perhatian warga Desa Banyudono ini, sudah barang tentu disambut gembira warga yang sedang kesulitan air bersih. Zakiyah mengaku dirinya sudah 4 kali menerima pengiriman air bersih, sejak kekeringan melanda dusunnya untuk pertama kalinya.

“Dulu belum pernah seperti ini mas. Tapi karena kemarau tahun ini panjang, sumur-sumur kami kering. Tentu kami sangat berterimakasih, saudara-saudara kami jauh dari Banyudono mau meluangkan waktu mengirimkan air ini. Tentu sangat bermanfaat dan semoga berkah untuk semua,” ucapnya penuh rasa syukur. (SM)