Cegah Stunting, Jangan Mengabaikan 1.000 Hari Pertama Kehidupan

80 persen perkembangan otak anak terjadi pada usia nol sampai 24 bulan.

Cegah Stunting, Jangan Mengabaikan 1.000 Hari Pertama Kehidupan
Anggota Komisi IX DPR RI, Sukamto, memberikan pengarahan pada kegiatan Promosi dan KIE Program Percepatan Penurunan Stunting di Wilayah Khusus, Selasa (30/1/2024), di RM Aji Saka Kota Yogyakarta. (sholihul hadi/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKBBN) bersama DPR RI terus  melaksanakan program dan kegiatan sebagai upaya pencegahan stunting. Target jangka panjang adalah mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) unggul untuk menyambut Indonesia Emas 2045.

Bersama mitra kerja Anggota Komisi IX DPR RI, H Sukamto SH, kali ini BKKBN kembali menggelar kegiatan Promosi dan KIE Program Percepatan Penurunan Stunting di Wilayah Khusus, Selasa (30/1/2024), di RM Aji Saka Kota Yogyakarta.

“Stunting adalah gangguan pertumbuhan dimulai dari 1.000 hari pertama kehidupan sampai 24 bulan setelah anak dilahirkan,” ungkap Andi Ritamariani, Kepala Perwakilan BKKBN DIY.

Menurut dia, masa-masa emas itu tidak boleh diabaikan. Ini karena 80 persen perkembangan otak anak terjadi pada usia nol sampai 24 bulan. “Ayo beri gizi yang baik,” pesan Rita, panggilan akrabnya.

Menurut dia, pencegahan stunting perlu dilakukan sejak awal. Tiga bulan sebelum menikah, perlu dipastikan kondisi kesehatan calon pengantin putri, antara lain ditandai ukuran lingkar lengan atas di atas 23,5 cm yang artinya secara fisik dan kesehatan siap melahirkan.

Pembagian doorprize dari BKKBN kepada peserta yang beruntung. (sholihul hadi/koranbernas.id)

Rita menambahkan, apabila lingkar lengan atas kurang dari ukuran tersebut bisa terjadi risiko pendarahan saat melahirkan. “Sekali lagi calon pengantin periksa diri. Pastikan tiga bulan sebelum pernikahan calon pengantin harus sehat,” tandasnya.

Dia juga berpesan ibu hamil harus tercukupi asupan gizinya dengan mengonsumsi makanan yang mengandung protein seperti daging, ikan, telur maupun protein nabati dari tahu dan tempe. Selain itu, juga banyak mengonsumi sayuran.

Sebab, kata dia, gangguan pertumbuhan pada anak atau stunting disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dan berlangsung lama. “Stunting pasti pendek dan ketika besar tidak bisa menjadi polisi, tentara atau pramugari. Sunting juga mempengaruhi kecerdasan,” tambahnya.

Tak lupa Rita juga berpesan agar ibu hamil memeriksakan kehamilan delapan kali.  Jika selama tiga bulan ibu hamil tidak ada perkembangan, misalnya berat tubuhnya tidak naik, artinya ada masalah.

Selanjutnya, kata dia, saat bayi lahir hendaknya diberikan Air Susu Ibu (ASI) pertama yang mengandung kolostrum dan antibodi yang sangat bermanfaat menjaga kesehatan bayi sehingga tidak gampang terserang penyakit.

ARTIKEL LAINNYA: Sultan Dukung Program Penyaluran Beras Bantuan Pangan

“ASI pertama yang warnanya kuning jangan dibuang. Itu hanya bertahan 36 jam. Setelah itu hilang. Tidak ada yang jual,” ujarnya seraya menegaskan ASI merupakan satu-satunya makanan yang paling cocok bagi pencernaan bayi.

Narasumber lainnya dalam kesempatan itu Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Yogyakarta, Sarmin.

Dia juga menyoroti pentingnya memperhatikan 1.000 hari pertama kehidupan karena sangat mempengaruhi masa depan bayi saat dewasa nanti.

Sedangkan Sukamto saat memberikan sambutan, pengarahan dan memandu jalannya diskusi menyampaikan, kegiatan Promosi dan KIE Program Percepatan Penurunan Stunting di Wilayah Khusus merupakan inisiasi dari dirinya sebagai anggota Komisi IX DPR RI yang salah satunya membidangi kesehatan.

Sependapat dengan Andi Ritamariani maupun Sarmin, dalam kesempatan itu anggota legislatif pusat dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini berpesan kepada suami menjaga istrinya saat sedang hamil, termasuk jangan merokok di dekat istrinya. (*)