100 Tokoh Adat Berkumpul di Yogyakarta untuk Ruwat Nusantara

100 Tokoh Adat Berkumpul di Yogyakarta untuk Ruwat Nusantara

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), KGPAA Paku Alam X dan Direktur Jenderal Kebudayaan bertemu dengan perwakilan masyarakat adat dari seluruh Indonesia di Kompleks Kepatihan Malioboro Yogyakarta pada Minggu (11/9/2022).

Pertemuan ini merupakan rangkaian Ruwat Nusantara bagian dari agenda G20 bidang Kebudayaan yang dilaksanakan di kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah pada 12-14 September 2022.

Menuju Kompleks Kepatihan, para perwakilan masyarakat adat menggunakan pakaian adat masing-masing berangkat dengan andong (kereta kuda). Sejumlah 30 andong disiapkan untuk mengantarkan 100 orang perwakilan masyarakat adat dari seluruh Indonesia.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid menyampaikan, semangat pertemuan ini adalah bersama-sama ikut dalam upaya pemulihan dan upaya untuk tetap kuat seperti kuatnya Yogyakarta melestarikan budayanya, sejalan dengan tema G20, Presidensi Indonesia “Recover Together, Recover Stronger”.

“Yogyakarta merupakan contoh pelestarian budaya yang berhasil di Indonesia, dan di tempat ini sekarang penjaga-penjaga kebudayaan bertemu, Bapak dan Ibu adalah pelestari kearifan lokal dan praktik-praktik kebudayaan yang mendukung bumi lestari,” ucap Hilmar Farid.

Jaringan aksi bersama di bidang kebudayaan menjadi salah satu tujuan diselenggarakan kegiatan G20 bidang kebudayaan. Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat didapuk untuk menghadirkan narasi ketahanan masyarakat adat melalui ritual dan kearifan lokal.

Penanggung jawab kegiatan Ruwat Nusantara, Julianus Liembeng menambahkan, setiap masyarakat adat memiliki cara masing-masing untuk bertahan dari bala atau sesuatu yang buruk.

"Covid-19 merupakan bala untuk semua orang di seluruh dunia termasuk juga masyarakat adat," kata dia.

Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY Dian Lakshmi Pratiwi mengatakan kebanggaannya atas dipilihnya Yogyakarta sebagai supporting event budaya dalam penyelenggaraan G20.

"Kabupaten/Kota di DIY telah melaksanakan upacara adat yang sesuai dengan daerah masing-masing sejak Januari 2022 dan puncaknya pada hari ini," papar Dian.

Gunawan, salah satu perwakilan masyarakat adat dayak di Kalimantan Barat menyampaikan perasaan bangganya karena kegiatan ini merupakan bagian dari bagaimana kita melestarikan adat dan budaya di daerah.

"Ini juga merupakan salah satu tugas kita sebagai warga negara untuk mendukung kesuksesan penyelenggaraan G20 buat nusantara ini. Sungguh luar biasa bagaimana kita melestarikan kearifan lokal kita bersama-sama menyukseskan G20 Semoga lancar. Dan ini momen buat Indonesia untuk bangkit kembali," kata dia.

Menurut Gunawan, bumi harus diruwat dan dilestarikan karena banyak upaya untuk mencaplok apapun caranya, termasuk di wilayah kita [Kalimantan Barat] hutan adat dan sebagainya jika kita tidak dijaga dengan baik maka akan hilang.

Mengingatkan kembali bahwa kunci hidup berkelanjutan saat ini ada pada generasi muda, yang sudah saatnya memposisikan secara seimbang antara kita sebagai manusia dan bumi yang kita pijak saat ini.

Apai Janggut, salah satu peserta dari Sungai Utik mengatakan, masyarakat adat dan berbagai ritual adatnya telah didokumentasikan dalam kegiatan Ruwat Nusantara ini. Melalui Ruwat Nusantara ini kita melihat bahwa ritual bukan hanya sekadar simbol, namun harus dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-sehari, tentang bagaimana kita harus menjaga hubungan dengan alam, sesama, leluhur, dan Tuhan Yang Maha Esa.

“Banyak hal yang harus kita tanamkan ke generasi muda dalam hidup beradat dan berbudaya tentang menjaga alam dan lingkungan tempat mereka tinggal. Keberlanjutan alam ini ada di tangan mereka," tandasnya. (*)