Yogyakarta Tuan Rumah Diskusi Pengembangan Board Game Nasional
Menariknya, ada beberapa kafe di Yogyakarta yang menyediakan board game untuk pengunjung bermain.
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Yogyakarta menjadi tuan rumah penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Ekosistem Board Game Nasional. Kegiatan ini digelar dalam rangka mendorong pengembangan ekosistem subsektor game nasional khususnya game non-digital.
Selaku penyelenggara, Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif dalam hal ini Direktorat Aplikasi, Permainan, Televisi dan Radio Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggandeng APIBGI (Asosiasi Pegiat Industri Board Gim Indonesia).
“Kami berusaha menjaring ide dan masukan dari berbagai pemangku kepentingan, seperti pegiat, komunitas dan asosiasi board game nasional,” ungkap Iman Santosa, Direktur Aplikasi Permainan Televisi dan Radio, pada pembukaan kegiatan itu, Sabtu (7/9/2024), di The Alana Hotel & Conference Center Malioboro, Yogyakarta.
Menurut dia, diskusi ini sangat penting sebagai upaya menyusun strategi pengembangan ekosistem board game yang kuat dan berkelanjutan, yang meliputi komunitas board game, pengembang, penerbit, distributor, retailer hingga penyelenggara acara board game.
Materi singkat
Peserta memperoleh materi singkat dari Ryan Sucipto yang memberikan gambaran kondisi board game dan pertumbuhannya di Yogyakarta. Selain itu, juga ada pemaparan dari Adhika Widyaparaga mengenai board game dalam komunitas dan edukasi.
“Yang menarik dari FGD ini adalah selain diisi oleh materi-materi dari narasumber, juga diadakan sesi Play Test dari board game lokal,” kata Iman.
Terdapat sekitar 25 board game lokal dari beberapa penerbit yang dihadirkan pada kegiatan FGD, kemudian dimainkan oleh para peserta. Beberapa di antaranya adalah Wilah dari Game4change, Papat dari Gurubumi, Sutasoma dari Sebangku, Marica On Time dari Marica, Bahtera Nuh dari Impian Studio, Superfood dari Feiratochi, Match Cat dari Hompimpa serta Sekata dari Tabletoys.
“Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi wadah diskusi dan kolaborasi antara pengembang gim, pelaku industri kreatif, serta akademisi dalam menciptakan ekosistem board game yang lebih solid di Indonesia,” ungkapnya.
Menjaring masukan
Kepada wartawan, Iman Santosa menyampaikan kegiatan serupa juga sudah dilaksanakan di Tangerang Selatan, Banten. Adapun FGD di Yogyakarta dimaksudkan untuk menjaring masukan dari pengembang board game.
Dia mengakui, memang belum banyak kota di Indonesia yang memiliki komunitas ini. Pihaknya ingin komunitas terus berkembang di berbagai tempat.
“Nah, melihat seperti ini kami ingin masukan bagaimana mengembangkan industri board game di Indonesia, karena potensinya besar cuma belum tergarap baik. Kami ingin mengetahui seberapa banyak komunitas dan pengembang board game di Yogyakarta. Kalau game digital banyak. Kementerian baru dua tahun ini mengembangkannya,” jelasnya.
Menariknya, lanjut dia, ada beberapa kafe di Yogyakarta yang menyediakan board game untuk pengunjung bermain sehingga secara tidak langsung mendukung wisatawan datang ke Yogyakarta.
Lama tinggal wisatawan
“Mereka bersantai masuk kafe, menikmati minuman dan ada permainan. Itu akan menambah lama tinggal wisatawan di Yogyakarta dan menikmati yang ada di Yogyakarta. Intinya adalah pariwisata yang berkualitas,” kata Iman.
Mengenai konten, dia menjelaskan selain dari luar konten lokal juga banyak. Menariknya lagi, juga ada board game dikembangkan untuk anak sekolah. “Misalnya jenis-jenis binatang melata, binatang buas dan segala macam,” tambahnya.
Menurut dia, board game banyak manfaatnya. Selain untuk fun juga untuk pendidikan. Prinsip, diskusi yang digelar di Yogyakarta kali ini dalam rangka pemetaan untuk mencari solusi bagi pengembangan industri board game di Indonesia. (*)