Menanti Kontribusi Nyata Pemerintah untuk Pejuang Pangan

Menanti Kontribusi Nyata Pemerintah untuk Pejuang Pangan

KORANBERNAS.ID—Himpitan terhadap petani dan sektor pertanian, dirasakan makin nyata. Keprihatinan petani atau kaum tani makin lengkap, lantaran sejak masa tanam hingga panen, petani selalu dibebani persoalan yang menahun.

“Sampai hari ini masih prihatin. Mungkin seterusnya akan prihatin, kalau kaum kami tidak segera bersatu menuntut perlakuan yang lebih adil dari pemerintah,” kata Direktur Omah Tani, Agus Subagyo, disela-sela peringatan Hari Tani Nasional Indonesia, di Sleman Selasa (24/92019). Peringatan dilakukan dengan sederhana, dihadiri oleh para pengurus Omah Tani dan juga sejumlah petani di Sleman.

 

Sebagai pejuang pangan, petani kata Agus, sudah semestinya mendapat perlakuan khusus dan mendapat perlindungan dari pemerintah. Tapi realiatasnya, para petani sejak mulai tanam, perawatan hingga panen, selalu berada dalam posisi lemah dan tidak berdaya.

Saat tanam misalnya, bibit dan pupuk tidak mudah didapatkan. Semua dikendalikan oleh pabrikan dan juga pedagang. Hal yang sama terjadi saat masa perawatan.Selain terancam dengan berbagai macam hama, petani juga harus mengeluarkan biaya ekstra untuk obat-obatan dan pupuk.

“Kalau sekarang ini, resikonya bertambah dengan keseimbangan alam yang sudah terganggu. Petani sulit untuk memprediksi perubahan alam, yang juga mengancam lahan pertanian mereka.Bahkan saat panenpun, masalah belum selesai. Petani harus berhadapan dengan pemodal yang terus menekan harga jual komoditi mereka,” kata Agus.

 

Kepada awak media, Agus menuturkan, ancaman bagi petani, sejatinya juga merupakan ancaman bagi bangsa. Sebab ketika petani tak mampu lagi berproduksi, saat itulah kedaulatan pangan dan berarti juga kedaulatan bangsa, dipertaruhkan.

 

Bagi Agus, sulit untuk membayangkan negara akan mencukupi pangan bagi lebih dari 250 juta pendudukanya tanpa memberdayakan petani sendiri.

“Ini mestinya menjadi kesadaran kolektif dari pemerintah pusat hingga pemerintah daerah. Pemda harus serius berpihak ke petani,” tandasnya.

 

Pemberdayaan yang nyata untuk petani, kata Agus, antara lain bisa dilakukan dengan membebaskan pajak sawah, menyediakan infrastruktur yang meringankan petani dalam berproduksi, dan menjaga stabilitas harga komoditi pertanian.

“Tanpa itu, petani akan semakin sesak nafas. Saya juga mengimbau, agar petani lebih memperkuat diri dengan berserikat. Karena dengan cara itu saja, posisi tawar petani akan meningkat, untuk lebih menjamin kesejahteraan mereka sendiri,” tandas Agus. (*/SM)