Sri Mulyani Takjub Dengan Kinerja Ekonomi Syariah

Sri Mulyani Takjub Dengan Kinerja Ekonomi Syariah

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA –Menteri Keuangan Sri Mulyani, mengungkapkan, selain memiliki potensi yang besar, industri keuangan syariah di Indonesia ternyata mampu bertahan dengan baik pada masa pandemi global saat ini. Hal itu menunjukkan, ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia berpeluang besar menjadi motor penggerak perekonomian nasional.

“Hal yang patut kita syukuri juga adalah industri jasa keuangan syariah Indonesia tetap dapat bertahan dengan baik, meski di masa pandemi Covid-19. Rasio kecukupan modal dari bank syariah selama tahun 2020 cenderung stabil pada angka 20-21 persen,” terangnya.

Sri Mulyani juga memaparkan angka pembiayaan macet perbankan syariah malah menurun di tahun lalu ketika pandemi melanda Tanah Air. Hal tersebut membuat Menkeu takjub.

“Sedangkan non performing finance turun dari 3,64 persen di Januari 2020 menjadi 3,13 persen pada Desember 2020. Ini adalah hal yang sangat menggembirakan, karena kita semua tahu akibat Covid-19 menyebabkan banyak sekali kinerja dari korporasi memburuk sehingga perbankan pun terkena dampaknya,” papar Sri Mulyani saat berbicara dalam acara peluncuran Center for Sharia Finance and Digital Economy (Shafiec), Jumat (12/3/2021) siang, di Yogyakarta.

Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno menyatakan, pemerintahan selalu menempatkan ekonomi dan keuangan syariah sebagai salah satu prioritas utama program pembangunan nasional. “Saya mengikuti betul upaya pemerintah dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah dalam beberapa tahun terakhir. Ini sekaligus sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan ekonomi yang inklusif,” tuturnya.

Mantan Rektor UGM itu menuturkan, salah satu bentuk keseriusan pemerintah adalah dengan mendirikan Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) di tahun 2016, yang kemudian diperluas menjadi Komite Nasional Keuangan dan Ekonomi Syariah (KNKES) setahun silam lewat Perpres Nomor 28 Tahun 2020.

“KNKES ini dipimpin langsung oleh Presiden, dan wakil ketuanya adalah Wakil Presiden yang juga menjabat sebagai Ketua Harian (KNKES). Melalui keberadaan KNKES ini, pemerintah berupaya semakin menguatkan pembangunan ekonomi, terutama pengembangan ekosistem ekonomi dan keuangan syariah guna mendukung pembangunan ekonomi nasional,” terangnya.

Pratikno sendiri mengaku sebagai saksi hidup, apabila Presiden Jokowi selalu memprioritaskan program pembangunan untuk pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, termasuk di antaranya ekonomi syariah. Jokowi juga menginginkan Indonesia menjadi negara ekonomi syariah terbesar di dunia.

“Dalam berbagai kesempatan, saya menjadi saksi Pak Jokowi selalu menekankan untuk memprioritaskan pengentasan kemiskinan, menaikkan kelas pelaku UMKM. Selain itu, selalu menekankan sebagai negara Muslim terbesar di dunia, ekonomi dan keuangan syariah Indonesia itu selayaknya menjadi yang terbesar di dunia,” paparnya.

Nomor satu

Harapan Jokowi itu, menurut Mensesneg, semakin mendekati kenyataan karena posisi Indonesia terus naik dalam peringkat negara yang memanfaatkan peluang ekonomi syariah di dunia.

“Kita tahu bahwa posisi Indonesia sudah naik dari ranking 10 di tahun 2018 sudah menjadi ranking 5 di tahun 2019, dan di tahun 2020 ini sudah menduduki ranking 4. Dan, kita harus berupaya terus supaya Indonesia menjadi ranking pertama terbesar di dunia,” tandas Pratikno.

Menurut data State of The Global Islamic Economy Report di tahun 2020 lalu, aset keuangan syariah di Indonesia berada pada posisi ketujuh dunia dengan nilai aset diproyeksikan mencapai US$ 99 miliar lebih. Sedangkan Indonesia sendiri tercatat sebagai negara keempat terbesar di dunia yang memanfaatkan peluang ekonomi syariah. (*)