Jangan Sekadar Wadah Alumni Haji, Erman: IPHI Harus Bisa Jawab Tantangan Bangsa
Lima krisis utama yang sedang melanda Indonesia yaitu krisis moral dan akhlak, krisis pendidikan, krisis energi, krisis kemiskinan dan pengangguran, serta krisis kesehatan
KORANBERNAS.ID, SLEMAN—Ketua Pimpinan Pusat Ikatakan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Dr Ir H Erman Suparno MBA, M.Si mengatakan, saat ini Indonesia sedang menghadapi lima krisis nasional yang membutuhkan kontribusi nyata dari berbagai elemen masyarakat.
Erman menyebutkan lima krisis utama yang sedang melanda Indonesia yaitu krisis moral dan akhlak, krisis pendidikan, krisis energi, krisis kemiskinan dan pengangguran, serta krisis kesehatan.
“Krisis moral dan akhlak kita lihat dari masih banyaknya praktik korupsi. Pendidikan pun belum merata, masih banyak warga belum mengenyam pendidikan tinggi. Energi fosil makin menipis, sementara energi terbarukan belum maksimal dimanfaatkan. Kemiskinan dan pengangguran juga terus membayangi, dan stunting masih tinggi di berbagai daerah,” papar Erman saat menyampaikan sambutan pada acara Syawalan, Harlah IPHI ke-35 dan Rakerwil IPHI DIY, yang berlangsung di Rumah Dinas Bupati Sleman, Sabtu (19/4/2025).
Acara ini turut dihadiri oleh Ketua IPHI DIY, Drs. H. A. Hafidh Asrom, MM, jajaran pengurus wilayah, dewan penasihat dan pembina, serta utusan pengurus daerah dan Majelis Taklim Perempuan (MTP).
Erman mengatakan, di usia yang ke-35 tahun, Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) diharapkan tidak hanya menjadi organisasi alumni ibadah haji, tetapi juga menjadi garda terdepan dalam menjawab tantangan besar bangsa.
“Ini menjadi keprihatinan kita semua. Semua harus bisa berkontribusi untuk bangsa,” katanya.
Data yang ia kutip dari Bupati Sleman, Hardo Kiswoyo, memperlihatkan bahwa angka kemiskinan di Sleman masih 7,5 persen dengan jumlah pengangguran terbuka sebesar 4,7 persen. Dalam setahun terakhir, penurunan angka kemiskinan hanya 0,06 persen.
“Ini sinyal bahwa upaya yang ada belum cukup. Kita perlu kerja sama. IPHI harus turun tangan,” tegasnya.
Lantas Erman membagikan kisah sukses keterlibatannya dalam proyek pembangunan desa.
“Waktu Pak Sri Purnomo jadi Bupati, saya membuat desa lele. Hasilnya luar biasa saat panen raya. Kami melibatkan Fakultas Perikanan UGM, bahkan duri dan kepala lele kami olah jadi pakan,” kenangnya.
Tak hanya di Sleman, di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Erman membimbing warga untuk mengelola sampah rumah tangga agar bernilai ekonomis. “Kuncinya adalah mendidik manusia agar unggul. Kalau manusia unggul, sampah pun bisa jadi berkah,” ucapnya penuh optimisme.
Erman juga mengungkapkan bahwa IPHI kini mulai dilibatkan pemerintah dalam pengambilan kebijakan strategis. “IPHI sudah ikut serta dalam amandemen Undang-Undang Haji dan Umroh serta Pengelolaan Dana Haji. Ini bentuk pengakuan, sekaligus amanah untuk kita menyatukan langkah dari pusat hingga daerah,” ujarnya.
Makna haji mabrur, menurut Erman, bukan hanya soal hubungan vertikal dengan Allah, tetapi juga horizontal dengan sesama manusia. “Hablumminallah wa Habluminannas. Inilah ruh gerakan IPHI,” katanya.
Kepala Dinas Sosial Sleman, Mustadi SSos MM, dalam sambutannya menegaskan bahwa krisis kemiskinan dan pendidikan tidak bisa ditangani pemerintah saja. “IPHI harus ikut ambil bagian. Sleman masih punya 394 anak putus sekolah, ini PR besar kita bersama,” ujarnya.
Mustadi menilai IPHI DIY punya potensi luar biasa dalam membantu keluarga miskin dan anak-anak yang rawan putus sekolah. “Saya yakin, kekuatan spiritual dan sosial anggota IPHI bisa menjadi solusi di tengah keterbatasan,” harapnya.
Ketua IPHI DIY, Hafidh Asrom, menambahkan bahwa acara ini merupakan perpaduan tiga kegiatan sekaligus yaitu Syawalan, Harlah ke-35, dan Rakerwil. “Ini bentuk efisiensi dan keselarasan semangat. Kita jadikan momen ini untuk menyusun program strategis,” katanya.
Salah satu inovasi baru IPHI DIY adalah Kartu Anggota IPHI dengan sistem barcode yang terintegrasi, yang bisa dimanfaatkan untuk mendukung UMKM anggota IPHI. “Bentuknya sederhana, tapi manfaatnya besar. Ini juga upaya kami memberdayakan anggota,” jelas Hafidh.
Selain itu, Yayasan Al-Azhar Yogyakarta yang dipimpin Hafidh juga telah merintis Food Estate sebagai pusat pelatihan. “Kami siapkan program pelatihan budidaya lele, hidroponik, dan wirausaha pangan. IPHI DIY siap mendampingi,” tegasnya. (*)