Ini Wejangan Anggota DPD RI Afnan Hadikusumo untuk Para Pesilat Tapak Suci

Ini Wejangan Anggota DPD RI Afnan Hadikusumo untuk Para Pesilat Tapak Suci

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, M Afnan Hadikusumo, memberikan wejangan untuk para pesilat perguruan bela diri Tapak Suci. Petuah tersebut disampaikan sekaligus dalam rangka Sosialisasi Empat Pilar Pancasila, NKRI, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, Sabtu  (22/5/2021), di aula kantor DPD RI DIY Jalan Kusumanegara Yogyakarta.

Pada sosialisasi bertema budaya sebagai elemen memperteguh ideologi bangsa kali ini Afnan mengatakan keberadaan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia telah menempuh perjalanan lebih dari setengah abad serta telah mengalami pasang surutnya perjalanan Republik Indonesia. Karena itu Pancasila harus dimanfaatkan dan dijaga dengan baik.

“Setiap kali kita disodorkan pada peristiwa sejarah, seperti hari Kebangkitan Nasional, Sumpah Pemuda, Lahirnya Pancasila, Kesaktian Pancasila dan sebagainya, selalu ada pertanyaan yang menggoda. Apakah seluruh hari-hari istimewa yang telah ditetapkan sebagai momentum sejarah itu, sekadar sebuah rutinitas waktu yang sepi dari imajinasi budaya,” ujarnya.

Ataukah, lanjut dia, hari-hari itu merupakan amanat peristiwa luar biasa (extraordinary) yang menagih keharusan kolektif untuk merefleksikan seluruh makna yang dipesankan. “Jika yang pertama kita sedang mensakralkan waktu dalam bentuk mitos yang terkurung ruang museum politik, maka yang kedua kita sedang ditagih untuk melakukan evaluatif atas pemaknaan peristiwa yang terkandung dalam hari istimewa itu,” jelasnya.

Mengenakan seragam khas pendekar Tapak Suci, Afnan menegaskan Pancasila dan kebudayaan bergerak mengiringi kebudayaan dan generasi bangsa, sebab Pancasila adalah kristalisasi kebudayaan bangsa Indonesia yang monopluralitas. Berbeda tetapi tetap satu.

Maksudnya adalah, walaupun kebudayaan Indonesia sangat beragam unik, dengan adanya Pancasila perbedaan-perbedaan disatukan agar tidak menimbulkan perpecahan dan perselisihan.

Lebih jauh, cucu pahlawan nasional Ki Bagoes Hadikoesoemo ini menyampaikan pencak silat merupakan unsur kepribadian dan hasil budaya bangsa Indonesia secara turun temurun. Pencak silat sudah lama diperkenalkan bahkan sejak penjajahan Belanda. Pencak silat kala itu digunakan untuk melawan penjajah.

Sejarah

Sejarah pencak silat di Yogyakarta tidak bisa lepas dari peran pesilat tangguh KH Busyro Syuhada. Namanya sangat lekat dengan dengan Perguruan Seni Pencak Silat CiKauman yang didirikan pada 1925 serta dipimpin langsung pendekar M Wahib dan pendekar A Dimyati. Keduanya merupakan murid tangguh dari KH Busyro Syuhada.

Perguruan ini memiliki landasan agama dan kebangsaan yang kuat, menegaskan seluruh pengikutnya mengabdikan perguruan untuk perjuangan agama dan bangsa. Dari Perguruan CiKauman lahir pendekar-pendekar muda yang akhirnya mengembangkan cabang perguruan dengan nama Perguruan Seranoman pada tahun 1930.

Kedua perguruan itu berkembang pesat. Murid-muridnya makin banyak. Lahirnya pendekar-pendekar muda hasil didikan Perguruan CiKauman dan Seranoman memungkinkan untuk mendirikan perguruan-perguruan baru, yaitu Perguruan Kasegu pada 1951.

Murid-murid dari perguruan ini banyak yang menjadi Anggota Laskar Angkatan Perang Sabil (LAPS) untuk melawan penjajah, banyak yang gugur pada pertempuran bersenjata melawan penjajah.

Beragamnya perguruan pencak silat di Kauman Yogyakarta berpotensi menciptakan perpecahan. Ada desakan dari murid-murid Perguruan Kasegu untuk menggabungkan dan menyatukan semua aliran perguruan silat yang sejalan dan sealiran serta seinduk keilmuan.

Pada 1963, desakan itu semakin kuat dari anak murid Perguruan Kasegu. Pada 31 Juli 1963 bertepatan dengan 10 Rabiul Awal 1383 H pukul 20:00, lahirlah Perguruan Tapak Suci secara resmi di Kauman Yogyakarta.

Tapak Suci tidak sekadar perguruan bela diri, melainkan juga menjadi alat dakwah terutama bagi warga Muhammadiyah. Sifat perguruan ini terbuka, dapat diikuti seluruh kalangan usia.

Pada 1964, Tapak Suci ibarat lahir kembali (tanpa guru dan murid). Waktu itu hanya tinggal tiga Pelatih Muda yaitu M Rustam, Drs Irfan Hajam yang baru kembali dari Surabaya serta M Zundar Wisman.

Pada tahun inilah Tapak Suci mulai bangkit dan berkembang. Ketiga orang pelatih muda tersebut membuka pendaftaran anggota umum. Sangat mengejutkan. Dari 300-an orang peserta seleksi yang diterima sekitar 75 orang. Ini semata-mata karena pertimbangan tenaga pelatih.

Kini Tapak Suci berkembang sampai 34 provinsi se Indonesia dan 18 perwakilan wilayah di Asia, Eropa dan Timur Tengah.

Afnan menambahkan, pencak silat adalah olahraga beladiri yang juga mengandung nilai-nilai seni tradisional dari Indonesia. Pencak silat memiliki empat aspek utama serta tiga tujuan utama.

Empat aspek tersebut adalah mental spiritual, seni budaya, bela diri dan olah raga. Sedangkan tiga tujuan utamanya antara lain kesehatan, rekreasi dan prestasi.

“Melihat sejarah perguruan silat ini, dengan pencak silat kita dapat meningkatkan kecintaan dan memperkuat ideologi bangsa ini. Peran para pendahulu kita sudah terbukti dan tidak bisa kita sia-siakan tanpa mewarisi semangat kebangsaan dan bela negara mereka kedalam diri kita,” ucapnya.

Pencak silat Tapak Suci sebagai salah satu budaya bangsa Indonesia dapat mengambil peran aktif mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Dengan pencak silat kita bisa menjalin persatuan bangsa bukan justru mempertajam perbedaan bahkan menjadikan perselisihan. Bahkan kita bisa melihat perjalanan sejarah Tapak Suci di antaranya diilhami karena ideologi Negara (Pancasila) terancam oleh ideologi komunis,” kata Afnan yang juga pendekar Tapak Suci itu.

Ke depan diharapkan Tapak Suci dapat memupuk dan memunculkan generasi bangsa yang tangguh secara fisik dan mental serta memiliki jiwa kebangsaan yang tinggi untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia.

Salah seorang sesepuh Tapak Suci Dr HM Muchlas Abror menyatakan mengingat mayoritas bangsa Indonesia beragama Islam maka sudah semestinya budaya Islam memberikan pengaruh secara positif di negeri ini.

“Tapak Suci sebagai bagian dari budaya bangsa Indonesia yang beragama Islam apalagi ini merupakan salah satu organ Muhammadiyah, maka tidak bisa dilepaskan untuk kegiatan dakwah,” ucapnya.

Penuturan dari kakek moyangnya, lanjut dia, Tapak Suci merupakan budaya Indonesia yang mampu menumbuhkan rasa kebangsaan.

“Penduduk Indonesia itu mayoritas beragama Islam maka agama turut mengisi kekurangan keimanan, akhlak, ibadah. Hakikatnya Tapak Suci ingin menjadikan warganya sebagai contoh di masyarakat, lewat keahliannya seni bela diri,” kata dia. (*)