Pengunjung Pulang Kecewa, Obyek Wisata Religi Sendangsono Masih Tutup

Pengunjung Pulang Kecewa, Obyek Wisata Religi Sendangsono Masih Tutup

KORANBERNAS.ID, KULONPROGO -- Obyek wisata religi Sendangsono Kulonprogo hingga kini masih tutup. Banyak pengunjung, Minggu (9/8/2020), terpaksa pulang kecewa karena tidak bisa melakukan sembahyangan di Goa Maria maupun Lawangsih.

Mereka juga tidak bisa menapaki Jalan Salib. Padahal untuk mencapai ke sana, mobil harus mendaki bukit terjal. Jalanan sangat sempit. Bila berpapasan kendaraan harus saling mengalah dan hati-hati lantaran kiri kanan jalan jurang kecil yang bisa membawa petaka.

“Maaf masih ditutup. Belum dapat izin pemerintah,” kata wanita pemilik warung dan seorang pembeli di dekat papan petunjuk penutupan obyek wisata tersebut.

Permintaan maaf itu disampaikan dua kali dengan santun, termasuk saat mobil koranbernas.id hendak berbalik arah. Hari menjelang senja. Terlihat beberapa mobil masih berada di area parkir.

Sejak pandemi Covid-19 obyek wisata Sendangsono di Desa Banjaroya Kecamatan Kalibawang Kulonprogo ini ditutup. Biasanya Mei dan Oktober obyek wisata itu dibanjiri umat Katolik berziarah.

Rombongan berdatangan termasuk dari berbagai sekolah.  Pada Mei silam suasananya sangat sepi. Diprediksi sampai Oktober mendatang mungkin belum kondusif. Tidak diketahui pasti kapan Sendangsono dibuka kembali.

“Sudah mulai banyak umat Katolik berkunjung ke sini mengira obyek wisata religi ini sudah dibuka,” kata karyawati gallery di sana.

Papan petunjuk jalan menuju Sendangsono. Pengunjung kecelik. (arie giyarto/koranbernas.id)

Karena view-nya sangat bagus, gallery penjual patung Yesus dan Bunda Maria serta pernak pernik kelengkapan sembahyangan di gereja dan di rumah itu akhirnya jadi pilihan singgah para pengunjung.

Pada pintu masuk tertulis syarat pengunjung masuk kafe di antaranya mematuhi protokol kesehatan Covid-19. Sebagian besar pengunjung berfoto karena view-nya memang bagus.

Terdapat bangunan tiga lantai berlenggek dengan jendela-jendela besar. Di bawah terbentang hutan kecil dengan aneka tanaman.

Gallery ini juga menjual hasil pertanian warga di antaranya pisang raja berukuran besar. Ada juga kopi hitam pahit dihidangkan terpisah disertai gula Jawa asli tipis-tipis dan gula batu. Semuanya  disiapkan kecil-kecil.

Sambil menunggu foto-foto atau belanja, pengunjung bisa santai menikmati minuman dan makanan di kafe tersebut.

“Nikmati hidup ini meski situasinya sangat berbeda dari biasanya,” kata Hardoyo, seorang umat Katolik warga Wates Kulonprogo yang biasa mengajak keluarga ke Sendangsono. (sol)