Jangan Apatis, Forum Politisi Muda Deklarasi Pemilu Damai

Sebab politik itu tidak kotor, berpolitik itu penting artinya.

Jangan Apatis, Forum Politisi Muda Deklarasi Pemilu Damai
Deklarasi pemilu damai Forum Politisi Muda Indonesia (FPMI) DIY. (sariyati wijaya/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Anak muda tidak perlu takut politik. Anak muda tidak boleh apatis, cuek atau acuh tak acuh. Sebab politik itu tidak kotor. Politik adalah salah satu jembatan bagi kaum muda berkiprah bagi bangsa dan negara ini.

Inilah hasil diskusi publik Jangan Apatis, Saatnya Pemuda Melek Politik, Wujudkan Pemilu 2024 Bersih, Bebas dan Damai, Sabtu (16/9/2023) sore, di Hotel Matahari.

Kegiatan ini dimaksudkan agar ruang bagi anak muda lebih terbuka lebar. Mereka harus diberikan kesempatan yang cukup, seperti aturan periodesasi seorang politisi menjabat sebagai anggota dewan di sebuah tingkatan. Tujuannya untuk regenerasi dan kaderisasi.

Begitu pun untuk kuota politisi muda agar dibuat aturan hukum yang jelas sehingga mereka terakomodir. Sama halnya ketika ada aturan kuota 30 persen bagi perempuan saat pencalegan.

Diskusi Publik gelaran FPMI DIY di Hotel Matahari, Sabtu (16/9/2023) sore. (sariyati wijaya/koranbernas.id)

Acara yang diselenggarakan Forum Politisi Muda Indonesia (FPMI) DIY  itu dihadiri narasumber Masduki Rahmad SIP  seorang lurah muda dari Guwosari Pajangan Bantul dan  Pangky Febriantanto MIP dosen Universitas Proklamasi 45 (Unprok). Sedangkan moderator Unang Shio Peking seorang pegiat masalah  sosial dan aktivis asal Bantul.

Acara juga diisi deklarasi mendukung pemilu aman dan damai di DIY dengan tidak menyebar hoaks, black campaign dan sepakat anti money politics.

"Kami menggelar acara ini dengan harapan anak muda baik dari lintas partai ataupun ormas kepemudaan bisa memahami betapa pentingnya anak muda berkiprah dalam politik. Karena kebijakan-kebijakan politik sangat lekat dalam kehidupan kita sehari-hari," kata Herry Fahamsyah MIP, Ketua FPMI DIY, kepada wartawan di lokasi.

Dia mengakui saat ini generasi muda masih bersikap cuek dan memandang sebelah mata pada politik yang dianggap kotor. Ini terjadi karena persepsi publik yang terbentuk, orang yang terjun ke politik akan menghalalkan segala cara, misalnya korupsi saat menjabat. Selain itu, juga kurangnya figur keteladanan sebagai contoh bagi anak muda.

Pengurus FPMI DIY. (istimewa)

"Maka melalui FPMI ini kami mengajak anak muda untuk ayo berpolitik. Sebab politik itu tidak kotor, berpolitik itu penting artinya. Dan FPMI menjadi jembatan bagi anak muda yang ingin masuk politik. Misalnya ingin masuk partai mana, di FPMI ada semua perwakilannya. Kami dorong anak muda jangan sampai  hanya jadi penonton, tetapi bagaimana jadi subyek dan berkiprah," kata Herry yang merupakan politisi muda PAN tersebut.

Masduki menambahkan di dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) pemilu saat ini  terbukti  hampir 60 persen lebih pemilih kaum milenial. Maka perlu kiranya kaum muda ini terjun dan terlibat di dalam politik yang pada akhirnya juga akan terlibat dalam pengambilan kebijakan di wilayahnya.

Selama ini orang memandang image politik itu banyak negatifnya. Padahal segala bentuk kegiatan tidak lepas dari proses politik misalnya harga pangan.

“Menurut kami perlu kiranya mereka melek terhadap politik dan manfaatnya. Jangan ragu terjun ke pollitik, modal awalnya adalah banyak berkiprah bagi masyarakat dan dirasakan kehadirannya. Istilah Jawa, gawe jeneng maka jenang akan mengikuti. Jadi berbuatlah yang bermanfaat sejak dini, maka pada akhirnya orang akan mengenal dan elektabilitas akan naik," kata Masduki. (*)