Baca Juga : Jan Ethes Borong Batik di Beringharjo
KORANBERNAS.ID—Hampir 200 alumni SMA Negeri 1 Purbalingga lulusan tahun 1989 atau lulusan ke 28 yang dikenal dengan Ganesha (G-28), Kamis (6/6/2019) menggelar reuni di sekolah setempat. Reuni berlangsung gayeng, penuh keakraban dan semangat kepedulian
Ketua panitia reuni akbar 30 tahun alumni SMAN 1 Purbalingga tahun 1989, Arif Wibowo mengatakan, reuni kali ini yang mengusung tema “Seduluran Selawase” ini terkesan berbeda dibanding reuni-reuni sebelumnya. Sebab selain ada deklarasi dan memilih kepengurusan, juga sarat muatan sosial.
“Kami merasa sebagai keluarga besar, dan pernah disatukan jadi siswa SMAN 1 Purbalingga selama tiga tahun. Jadi, sudah seharusnya kami saling membantu kepada yang membutuhkan,” ujar Arif Wibowo.
Sebelum pelaksanaan reuni, telah dilakukan sejumlah kegiatan sosial. Diantaranya, memberikan santunan pendidikan anak-anak keluarga alumni yang kurang beruntung atau telah meninggal, dan kepada sejumlah guru mereka yang kini telah memasuki usia senja.
Kegiatan sosial lainnya, donor darah, menyumbang empat unit AC (Air Condition) untuk ruang guru, bantuan modal usaha untuk alumni, dan bedah rumah.
"Kami ingin kegiatan ngumpul-ngumpul semacam reuni ini tak sekadar temu kangen, atau bernostalgia. Ya, itu memang baik, dan perlu. Tapi ke depan, mengingat kita telah dihadapkan kepada dinamika perubahan yang sangat cepat, sebutlah Revolusi Industri 4.0, kita mesti berorientasi kepada karya,” ujar Arif Wibowo, kandidat doktor di Institut Pertanian Bogor (IPB) yang kini bekerja di Kementerian Kesehatan RI ini.
Arif Wibowo dan rekan-rekan alumni bertekad ingin menjadi bagian dari perubahan bangsa. Untuk itulah organisasi alumni mesti dibentuk sebagai wahana untuk melakukan inventarisasi potensi alumni, agar kesejahteran alumni yang belum beruntung bisa meningkat.
Sejauh ini, sejumlah alumni SMAN 1 Purbalingga tahun 1989 telah menduduki jabatan penting di pemerintahan maupun swasta. Contohnya, Elija Setiawan yang kini menjadi Kepala Kantor Pelayanan Pajak di Batulicin, Kalimantan Selatan. Kemudian Warso Hartono (pengusaha sukses), Anton Sutedjo (bisnis batubara), Sigit Jatmiko (bidang peternakan), Andriatno (bisnis alat-alat kesesehatan).
Kemudian, Isti Handayani (dosen biokimia), Suryanto (dosen Kesehatan Masyarakat), Septo Prabowo (dosen Ekonomi Makro), Sudono (dosen pertambangan). Sedangkan yang berkarir di militer, rata-rata telah menduduki pangkat perwira. Beberepa profesi lainnya yang ikut hadir di reuni, beragam, ada adokter, advokat, guru, banker, jurnalis, penulis dan sebagainya.
Arif mengatakan, esensi kesuksesan tidak hanya diukur dari pangkat, jabatan atau status sosial. Namun seberapa jauh mereka yang telah sukses itu memberi manfaat bagi orang lain.
"Kita ingin merawat keragaman, karena semua orang itu penting. Justru melalui ikatan alumni G-28 ini kita ingin bergerak bersama," ujar Arif.
Salah seorang alumni, Supriono mengatakan, acara reuni seperti ini selain untuk menggugah memori lama, juga untuk membangun semangat kepedulian kepada sesama alumni yang belum beruntung.
“Kami berharap, semakin banyak alumni yang peduli kepada alumni lain yang belum beruntung,” tutur Supriono yang kini bekerja sebagai konsultan pajak di Jakarta ini.
Salah seorang alumni lainnya, Nurfi menambahkan, gairah kebersamaan ini tidak berhenti di deklarasi, membentuk organisasi, lalu selesai dan sepi kegiatan.
“Kami ingin ada program yang berkelanjutan untuk membantu kepada sesama yang membutuhkan. Itulah makna seduluran selawase," kata Nurfi yang juga pengusaha ini. (yve)