KORANBERNAS.ID,YOGYAKARTA -- Pawiyatan Jawa digelar di Museum Sonobudoyo, Yogyakarta, Senin (6/3/2023). Kegiatan bertema "Perempuan Berdaya, Cerdas Berpolitik untuk mewujudkan Jogja Istimewa Berbudaya" ini merupakan rangkaian peringatan Hari Kartini yang dilaksanakan lima komponen Organisasi Wanita di DIY seperti PKK, BKOW, Dharma Wanita, Bhayangkari dan Dharma Pertiwi.
Ketua Umum Tim PKK DIY, GKR Hemas mengungkapkan Pawiyatan Jawa perlu diajarkan terus menerus, termasuk kepada generasi muda. Sebab masih banyak masyarakat yang belum memahami budaya Yogyakarta.
"Dengan adanya pawiyatan kawa bagi anggota PKK yang notabene tinggal di Yogyakarta diharapkan meningkatkan semangat, kemauan dalam ikut nguri-uri budaya Yogyakarta," paparnya.
Sementara ahli Bahasa dan Sastra Jawa, Joko Elysanto mengungkapkan sampai saat ini masih terjadi salah kaprah terhadap penulisan aksara dan bahasa Jawa. Dalam penulisannya, aksara Jawa itu bersambung tidak ada spasinya yang artinya aksara itu dilihat dalam konteks yang utuh atau satu rangkaian.
"Aksara jawa tidak boleh mengambil enaknya hanya dibuat sepotong-sepotong saja," ujarnya.
Untuk mengenalkan aksara Jawa pada generasi muda, lankut Joko, digitalisasi perlu dilakukan. Pemanfaatan teknologi dibutuhkan dalam menyebarkan aksara Jawa dalam berbagai kesempatan.
Selain itu pembelajaran aksara Jawa perlu masuk ke kurikulum sekolah. Dengan demikian mereka akan belajar sejak dini agar terbiasa.
"Dinas kebudayaan menghasilkan converter aksara jawa sehingga gadget bisa digunakan untk aksara jawa di google search," jelasnya.
Pembicara lainnya, Faisal Noor Singgih menjelaskan tentang Sesorah. Sesorah atau pidato bahasa Jawa memiliki struktur yang wajib diketahui oleh siapapun yang hendak berpidato.
"Sesorah adalah kegiatan berpidato dalam bahasa Jawa yang mengungkapkan gagasan, pendapat, atau bisikan hati melalui sarana lisan di depan orang banyak," jelasnya. (adv)