Tingalan Jumenengan Dalem dan Renaisans-Yogyakarta

Tingalan Jumenengan Dalem dan Renaisans-Yogyakarta

KORANBERNAS.ID, JOGJA -- Hari ini Selasa Wage, 29 Rejeb, Tahun Wawu 1953 atau 24 Maret 2020, Ngarsa Dalem Sri Sultan HB X genap bertahta selama 31 tahun berdasarkan tahun Masehi dan genap bertakhta selama 32 tahun dalam hitungan kalender Jawa.

Tanggal 29 Rejeb diperingati sebagai hari ulang tahun penobatan yang secara tradisional dikenal dengan istilah Tingalan Jumenengan Dalem. Pada tahun ini bertepatan dengan Tahun Wawu 1953, Tingalan Jumenengan Dalem berada dalam fase tumbuk (siklus empat winduan dalam penanggalan Jawa dimana nama hari, pasaran, tanggal, dan bulan akan tepat berulang-red), sehingga 29 Rejeb kembali jatuh pada Hari Selasa Wage.

Fase ini tentunya menjadi tahun yang monumental bagi Keraton Yogyakarta untuk kembali merefleksikan perjalanan 32 tahun dari sebuah kekuasaan yang mewarnai peradaban.

Sri Sultan HB X menyampaikan, sebagai Sultan dan Gubernur di era Jogja-lstimewa, dengan segenap daya-mampu, ia akan tetap menyalakan api semangat yang memancar dari nama penuh makna itu. Lebih dari sekadar pewaris tahta dan kedudukan seorang Sultan serta Gubernur saja.

"Langkah lanjut atas pertanyaan introspektif itu adalah Revitalisasi Peneguhan Tekad dengan membangkitkan ‘Gerakan Kebudayaan Mewujudkan Renaisans-Yogyakarta’ sebagai akselerator tercapainya pemuliaan kesejahteraan rakyat," paparnya.

Renaisans-Yogyakarta, lanjut Sultan, telah menemukan arah yang tepat ketika Bangsal Pagelaran ini diijinkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dibuka lebar untuk perkuliahan Universitas Gadjah Mada.

"Kewajiban saya adalah melanjutkannya menjadi sebuah gerakan kebudayaan yang sistemik dan massif yang tidak cukup hanya sampai pada kesejahteraan rakyat saja, tetapi lebih dari itu, demi kemuliaan martabat manusianya," lanjutnya.

Merekam jejak peradaban di Keraton Yogyakarta, tidak terbatas pada catatan sejarah yang tertulis dalam serat maupun babad. Melalui busana, mozaik peradaban dari Keraton Yogyakarta juga dapat disusun dan dinarasikan kembali sebagai kekayaan intelektual budaya.

Hal ini yang mendorong keraton untuk terus mendukung gerakan merawat kekayaan intelektual leluhur melalui kegiatan simposium dan pameran. Rangkaian acara Mangayubagya Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X tahun ini mengusung tema “Busana dan Peradaban di Keraton Yogyakarta”.

Tema besar ini selanjutnya diterjemahkan menjadi Abalakuswa: Hadibusana Keraton Yogyakarta sebagai tajuk dalam pameran yang dibuka oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X di Bangsal Pagelaran, Sabtu (7/3/2020) malam.

Pameran ini berlangsung setiap hari sejak 8 Maret hingga 4 April 2020 dengan jam kunjung 09.00-16.00 WIB untuk hari Senin-Kamis serta pukul 09.00-21.00 WIB untuk hari Jumat, Sabtu dan Minggu dengan tiket masuk ke venue pameran sebesar Rp 5.000.

Gelaran pameran akan diisi pula dengan serangkaian workshop batik, berbusana Jawa, dan diskusi seputar tema terkait busana dan peradaban di Keraton Yogyakarta. Selain itu, juga akan digelar pementasan Beksan Trunojoyo pada 25 Maret dan wayang wong purwo pda 4 April 2020. Kedua gelaran ini juga terbuka untuk masyarakat umum hanya dengan membeli tiket masuk ke venue pagelaran saja. (eru)