Sejumlah Kiai Temui Sultan HB X, Ini yang Dibicarakan

Sejumlah Kiai Temui Sultan HB X, Ini yang Dibicarakan

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA –  Sejumlah kiai dari pondok pesantren (ponpes) di DIY menemui Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X. Melalui pembicaraan yang berlangsung di Kepatihan Yogyakarta Kamis (16/7/2020), Sultan mempersilakan pondok pesantren menerima kembali para santri dengan catatan protokol kesehatan dipatuhi dan dilaksanakan sebaik-baiknya.

Selain itu, para kiai dan pengurus pondok pesantren juga diminta mengawasi ketat santri-santri yang masih muda dan tingkat menengah. Mereka terkadang masih suka bermain-main.

“Walaupun virus Corona itu tetap ada, bukan berarti masyarakat tidak boleh melakukan apa-apa atau tidak ada inisiatif. Tetap boleh melaksanakan serangkaian kegiatan dengan mengedepankan protokol kesehatan. Jadi, mangga saja kalau pesantren itu mau dibuka kembali,” ujar Sultan.

Hadir dalam kesempatan tersebut Kepala Kantor Kementerian Agama DIY Edhi Gunawan, Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Kadarmanta Baskara Aji, Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembayun Setyaningastutie, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Biwara Yuswantana serta  Kepala Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam Kanwil Kemenag DIY, Buchori Muslim.

Mewakili para kiai, Hilmy Muhammad selaku Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak menyatakan selamat atas keberhasilan Pemda menanggulangi penyebaran Covid-19, sehingga Presiden Joko Widodo memberikan pujian dan apresiasi DIY sebagai salah satu dari lima provinsi terbaik di Indonesia.

Anggota DPD RI dari DIY itu menyatakan pesantren-pesantren memang sudah menyiapkan diri sedemikian rupa menyambut kedatangan santri, akan tetapi masalahnya kalau kemudian ada santri yang terpapar, perlu kiranya diantisipasi dan dibicarakan. “Pemerintah harus hadir melalui Satgas, Dinas Kesehatan atau mungkin juga Puskesmas, bekerja sama dengan pihak pesantren,” kata dia.

KH Fairuzi Afiq Dalhar selaku Ketua Asosiasi Pesantren Rabithatul Ma’ahid Al-Islamiyah (RMI) DIY, menyampaikan apresiasi kepada Sultan yang bersedia menerima para kiai pengasuh pesantren.

“Jumlah pesantren di DIY ada 197. Dari jumlah itu, sudah ada 30 pesantren siap menerima kedatangan santri baru dengan protokol yang ditetapkan oleh pemerintah. Kami bersama Kementerian Agama juga sudah mengecek dan melihat sendiri kesiapan pesantren-pesantren tersebut di empat kabupaten dan kota se-DIY,” katanya.

Menurut Kiai Fairuzi pembelajaran di pesantren memang tidak cukup dengan transfer pengetahuan, tetapi juga menjadikan guru dan kiai sebagai figur teladan yang diikuti ucapan dan tindak tanduknya dalam kehidupan sehari-hari.

Hal itu tentu sangat sulit dilakukan bila tidak bertemu secara fisik. Selain itu, pesantren juga berperan sebagai generator ekonomi masyarakat. Gara-gara pesantren tutup, masyarakat sekitar terdampak sehingga tidak bisa berjualan dengan omzet yang memadai.

Pengasuh PP Al-Mumtaz Patuk Gunungkidul KH Khoiron Marzuqi mengatakan di masa pandemi ini pesantren mampu melaksanakan tiga kewajiban sekaligus. “Yaitu kewajiban menjaga kesehatan dari Covid-19, kewajiban menuntut ilmu, dan kewajiban menjaga moralitas anak bangsa," katanya.

Mengenai peran pesantren, KH Habib Abdusy-Syakur selaku Pengasuh PP Al-Imdad Pajangan Bantul menambahkan selama ini pesantren mampu menjadi lembaga penjaga dan pengembang budaya Jawa.

“Kami juga siap bila ke depan, pesantren diajak berembug oleh Pemda, dan dilibatkan terkait tindak lanjut UU No 18 Tahun 2019 tentang Pesantren di lingkungan DIY,” katanya.

Kiai lain yang turut hadir dalam pertemuan tersebut adalah KH Muktasim Billah (Pengasuh PP Sunan Pandanaran Ngaglik Sleman), KH Yasin Nawawi (Pengasuh PP An-Nur Ngrukem Sewon), KH Suadi Hasan Tholabi (Pengasuh PP Al-Quran Wates), KH Haris Masduqi (Pengasuh PP Darul Qur’an wal Irsyad Wonosari Gunungkidul).

Kemudian, KH Zar’anurdin (Pengasuh PP Salafiyah Mlangi Sleman), KH  Khoiron Marzuqi (Pengasuh PP Al-Mumtaz Patuk Gunungkidul), KH Shofiyullah Muzammil (Pengasuh PP Al-Ashfa Gaten Depo, Sleman), H Suharto Juwaeni dan Muhyiddin dari  PWNU DIY dan Irfan Nuruddin dari PW Muhammadiyah DIY. (sol)