Rela Berjalan Kaki Datangi Siswa Satu Per Satu

Rela Berjalan Kaki Datangi Siswa Satu Per Satu

KORANBERNAS.ID, PURBALINGGA--Di tengah pandemi Covid-19 yang entah kapan akan berakhir, mengundang keprihatinan para guru. Tak terkecuali Jumiati (40), guru SDN 4 Desa Siwarak, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah.

Desa Siwarak adalah desa paling ujung utara Kabupaten Purbalingga. Berada di kaki Gunung Slamet yang memiiki ketinggian 3.428 meter di atas permukaan air laut. Hawa udara di desa ini terasa dingin, siang maupun malam.

Mengingat pembelajaran secara daring tidak sepenuhnya bisa dilakukan di daerah ini lantaran banyak siswa yang tidak memiliki ponsel dan keterbatasan ekonomi, maka Jumiati rela mendatangi satu per satu siswanya dari rumah ke rumah untuk mengajar.

Menurut Jumiati, beberapa mata pelajaran tertentu akan terasa lebih pas jika dilakukan secara tatap muka.Karena itu, Jumiati tergerak hatinya untuk tetap mendatangi rumah siswanya satu per satu.

“Meski ada whatsApp (WA), tidak semua metode pembelajaran bisa diterapkan melalui online. Misal mengajari berhitung, membaca dan mengeja. Tidak bisa lewat WA, namun harus praktik langsung,” ujar Jumiati kepada koranbernas.id, Minggu (23/8/2020).

Selain tidak bisa melalui WA, kata dia, banyak orangtua siswa yang kesulitan mengajari anaknya.Maklum, banyak orang tua di daerah ini yang tidak punya bekal pendidikan yang cukup baik.

Oleh sebab itu, Jumiati diminta dengan sangat oleh para orang tua siswa yang kebanyakan berprofesi sebagai petani sayur mayur, untuk mendatangi rumah siswa.

“Jarak paling jauh menuju ke rumah siswa sekitar lima kilometer,” tutur dia.

Naik turun bukit, dan menerobos hutan, dilakukan Jumiati. Semua demi siswanya bisa pintar. Jika daerahnya bisa dilalui sepeda motor, maka ia naik sepeda motor. Namun jika terhalang bukit, terpaksa sepeda motor dititipkan. Selanjutnya ia berjalan kaki. Itu dilakukan, agar siswanya pintar, tidak tertinggal pelajarannya dengan anak-anak di wilayah lain di Purbalingga.

“Ada rumah siswa yang letaknya di tengah perkebunan nanas. Adanya jalan setapak, ya jadinya saya jalan kaki. Sepeda motor saya titipkan. Ada juga jalannya masih bebatuan, dan naik turun bukit,” tutur dia.

Ia menuturkan, upaya yang dilakukan ini tentu membutuhkan biaya tambahan. Semua ia tutup dengan merogoh dari kantong pribadi. Tidak ada pungutan maupun bayaran yang dibebankan kepada orang tua siswa.

“Semua saya lakukan menggunakan gaji. Tidak meminta ke orang tua siswa dan dan tidak mendapatkan ada fasilitas dari orang tua siswa," ujarnya.

Saat ini, siswa yang diampunya adalah anak kelas 1. Terdapat 21 anak, yang rata-rata usianya 7 tahun. Dirinya membuat jadwal mendatangi rumah siswa untuk memberikan materi.

“Setiap hari ada sembilan siswa yang saya datangi. Saya mulai pukul 09.00 dan selesai pukul 14.00 WIB,” tuturnya.

Ditunda

Bupati Purbalingga Dyah hayuning Pratiwi yang juga Ketua Tim Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan dan Pencegahan Covid-19 Kabupaten Purbalingga, memutuskan untuk menunda pelaksanaan pembelajaran tatap muka bagi pelajar di sekolah. Kebijakan ini diambil, menyusul adanya peningkatan jumlah pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19.

“Sebelumnya, kami sudah menyiapkan rencana pembelajaran tatap muka bagi anak-anak sekolah, mulai Senin (24/8/2020). Namun melihat perkembangan naiknya kasus positif Covid-19 di Purbalingga, rencana itu kami tunda dulu,” ujar Bupati yang akrab dipanggil Tiwi ini di Purbalingga, Minggu (23/8/2020).

Tiwi mengemukakan, Pemkab Purbalingga sebelumnya memang berencana untuk memulai kembali kegiatan belajar mengajar di sekolah melalui sistem tatap muka. Hal ini dilakukan, mengingat selama beberapa waktu terakhir, kasus positif Covid-19 di Purbalingga terus mengalami penurunan hingga hanya menjadi 6-7 kasus positif.

“Pekan lalu, kondisi wabah di Purbalingga sudah masuk zona kuning dan menuju zona hijau. Namun pada pekan terakhir ini, kasus Covid-19 di Purbalingga kembali melonjak dengan tambahan 15 kasus aktif. Berdasarkan perkembangan inilah, kami mengambil kebijakan untuk menunda pembelajaran tatap muka,” katanya.

Tiwi menyatakan, sebelum mengambil keputusan terkait kegiatan pendidikan ini, pihaknya selalu berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan. Termasuk saat pemkab merencanakan untuk memulai lagi kegiatan pendidikan tatap muka di sekolah.

Menjelang pelaksanaan rencana tersebut, Dinas Pendidikan juga sudah menyiapkan draft mengenai ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi selama pelaksanaan belajar tatap muka. “Namun, seiring dengan dilakukan tes swab massal di berbagai tempat perkantoran dan fasilitas umum, termasuk jajaran ASN (Aparatur Sipil Negara), ternyata kasus Covid-19 meningkat lagi. Karena itu, pembelajaran tatap muka kita tunda dulu,” katanya.

Berdasarkan data Gugus Tugas Covid-19 Purbalingga, jumlah kasus Covid-19 di Purbalingga hingga saat ini tercatat 86 kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 15 pasien masih dirawat di rumah sakit. Di luar itu, 70 orang sudah dinyatakan sembuh dan seorang meninggal dunia.(*)