Laju Biaya Kesehatan Lampaui Singapura. Warga Diingatkan Jangan Sampai Bangkrut Karena Sakit

Laju Biaya Kesehatan Lampaui Singapura. Warga Diingatkan Jangan Sampai Bangkrut Karena Sakit

KORANBERNAS.ID, JAKARTA—Jatuh sakit, jangan sampai jatuh bangkrut!. Inilah pesan yang muncul dalam Edukasi Virtual Avrist Prima Hospital Surgical, yang digelar Rabu (16/9/2020). Dalam diskusi tersebut, disebut biaya kesehatan di Indonesia rata-rata naik 12 hingga 13 persen setiap tahunnya. Laju ini mengalahkan Singapura (9,9 persen), Hong Kong (7,5 persen), dan Korea Selatan (7 persen). Celakanya, dalam kehidupan nyata, biaya tak terduga paling besar itu adalah pengeluaran berobat dan perawatan kesehatan. Hal tersebut dapat menggerus habis aset dan harta yang telah dikumpulkan oleh pasien. 

Dalam paparannya, dr. Herman Irawan, Medical Practitioner, PT Avrist Assurance, menyoroti penyakit kritis kanker genetik yang menghantui keluarga Indonesia.

“Jika dalam keluarga kita memiliki gen kanker, maka terdapat pertumbuhan probabilitas sebesar 5-10% persen dalam setiap keturunan atau generasi lanjutan. Dengan begitu majunya teknologi di bidang kesehatan, pasien kanker memiliki kesempatan hidup yang terus meningkat, jika dideteksi sejak dini. Tetapi biaya perawatan mulai dari deteksi hingga penyembuhan tidaklah murah,”katanya.

Berdasarkan data dari Yayasan Kanker Indonesia, jumlah penderita kanker di Indonesia terus meningkat. Di tahun 2019, angka kejadian kanker di Indonesia mencapai 1,362 per 1 juta penduduk. Kanker adalah penyakit yang 90-95% kasusnya disebabkan faktor lingkungan, dan 5-10% karena faktor genetik atau keturunan.

Merujuk pada angka mortalitas, kejadian kanker tertinggi untuk laki-laki di Indonesia adalah kanker paru dan disusul kanker hati. Sedangkan jenis kanker genetik seperti kanker payudara, paling lazim ditemukan pada perempuan. Kanker genetik atau turunan yang diderita oleh keluarga multi-generasi, contohnya adalah kanker kolon, kanker rahim, kanker kulit, dan lain-lainnya.

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, dari segi biaya perawatan, penyakit kanker merupakan penyakit nomor 2 termahal di Indonesia, setelah hemodialisis. Padahal biaya Kesehatan di Indonesia terus naik 12 hingga 13 persen tiap tahun.

Melihat pentingnya perlindungan inilah, PT Avrist Assurance (Avrist Assurance) memperkenalkan produk asuransi kesehatan terbaru bernama Avrist Prime Hospital & Surgical, sebuah solusi lengkap dan menyeluruh guna memenuhi kebutuhan medis dalam rawat inap dan pembedahan bagi keluarga, serta memberikan akses dalam mendapatkan perawatan kesehatan terbaik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Dalam kata sambutannya, Ernest Febrianto, Head of Corporate Marketing Communications PT Avrist Assurance, menegaskan komitmen dalam menyediakan asuransi sebagai solusi cerdas bagi setiap rumah tangga di seluruh Indonesia.

“Menyediakan perawatan kesehatan untuk keluarga kita, termasuk orang tua kita, merupakan hal yang penting sebagai orang yang sudah menginjak umur dewasa. Apalagi bila kita menjadi pencari nafkah utama di dalam keluarga. Cermat berasuransi, merupakan salah satu jawaban untuk menjaga perencanaan keuangan keluarga agar tidak menguras habis tabungan seumur hidup,” katanya.

Asuransi kata Ernest, merupakan produk finansial yang sangat berperan sebagai pelindung bagi seluruh anggota keluarga. Untuk itu, sangat penting menciptakan produk proteksi inovatif yang melindungi tidak hanya pemegang polis, tetapi juga keluarga besarnya.

“Avrist Prime Hospital & Surgical adalah solusi yang kami berikan untuk memberikan perlindungan kesehatan dan akses pada perawatan kesehatan terbaik yang dapat dirasakan oleh seluruh anggota keluarga besar pemegang polis, salah satunya pertanggungan biaya perawatan kanker,” lanjut Ernest.

Produk terbaru ini, katanya, memberikan asuransi perawatan kesehatan bagi pemegang polis dengan sejumlah keunggulan utama. Yakni Family Plan dimana dengan satu polis saja, maka pemegang polis dapat memberikan jaminan proteksi kesehatan untuk semua keluarga. Di antaranya adalah proteksi kepada pasangan, anak kandung, cucu kandung, orang tua kandung, mertua, saudara kandung, paman-bibi kandung, serta keponakan kandung.

Seain itu, juga ada manfaat berupa kenyamanan privasi kamar di rumah sakit dengan VIP room, fasilitas non-tunai di seluruh dunia dengan batas tahunan manfaat sampai dengan 3 juta dollar, serta manfaat-manfaat lainnya dengan tidak mengecualikan pandemi, sehingga coverage produk ini akan mencakup klaim wabah virus Covid-19.

Ainun Wulandari, Regional Chief Agency Officer PT Avrist Assurance menambahkan, persoalan kesehatan memang masih menjadi hal krusial. Seringkali masyarakat kurang matang dalam persiapan untuk menanggung biaya perawatan penyakit kritis. Masyarakat, katanya, harus cermat mengubah pola pikir bahwa perencanaan keuangan dan pemantapan skema portfolio asuransi adalah aksi persiapan skenario realistis dan bukan skenario terburuk semata (worst-case scenario).

“Banyak testimoni yang mengakui manfaat yang diterima ketika berasuransi karena musibah yang menimpa keluarga sangat terbantukan dengan pembiayaan dari produk asuransi yang dipercaya,” lanjut Ainun.

Perawatan Mahal

dr. Herman Irawan mengatakan, perawatan untuk pasien kanker selama ini dikenal paling mahal setelah pasien hemodialisa. Tiga jenis perawatan dan pengobatan paling umum dalam merawat pasien kanker, yakni kemoterapi, radiologi dan operasi.

“Biaya perawatan kanker seperti kemoterapi, radiologi, dan operasi, bukanlah tipe perawatan satu tagihan. Ambil contoh, sebelum menjalani kemoterapi, pasien harus menjalani operasi pemasangan alat sebelum kemoterapi intravena, pemeriksaan persiapan tubuh, pemeriksaan kesehatan gigi, perencanaan efek samping, penjadwalan perawatan, dan sebagainya. Setelah semua sudah layak, maka pasien dapat menjalani kemoterapi,” ucap dr. Herman.

Dalam prosedur kemoterapi pun terdapat banyak elemen. Ambil contoh infus, suntikan, pil, krim, atau obat kimia yang langsung ditujukan langsung ke tubuh, atau bahkan langsung ke sel kanker. Ketika dan setelah kemoterapi, dokter terus memonitor ketahanan tubuh, oleh karena itu skenario kemoterapi dapat berubah-ubah tergantung dari berbagai faktor.

“Itulah sebabnya tidak ada harga patok untuk perawatan kanker A, B, atau C. Belum lagi memasukkan faktor pasca-kemoterapi dengan efek samping yang juga perlu disembuhkan. Nah, kebutuhan tersebut pastinya terus menaikkan jumlah tagihan rumah sakit yang perlu dibayar oleh pasien atau keluarga pasien. Dengan ketidakmampuan pasien bernafkah, beban finansial menjadi semakin berat bagi pasangan atau keluarga,” lanjut dr. Herman. (*)