Kulonprogo Tak Lagi Dipandang Sebelah Mata

Kulonprogo Tak Lagi Dipandang Sebelah Mata

KORANBERNAS.ID, KULONPROGO – Dulu, Kabupaten Kulonprogo identik dengan keterbelakangan ekonomi. Wilayah seluas 586,28 km persegi dengan tingkat kepadatan penduduk 760 jiwa per km persegi itu kurang menarik untuk investasi.

Sekarang kondisinya berbalik 180 derajat. Kabupaten yang terletak paling barat di wilayah Provinsi DIY dengan 12 kapanewon (kecamatan), 1 kelurahan dan 87 desa itu kini tak lagi dipandang sebelah mata.

“Kulonprogo saat ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Potensi alam dan ekonomi daerah ini mampu menumbuhkan dan menciptakan kesejahteraan masyarakat,” ujar Hifni Muhammad Nasikh, anggota Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DPRD DIY.

Kepada media, Minggu (14/6/2020), dia mengakui geliat pembangunan di wilayah tersebut sangat menarik, terutama saat Bupati Hasto Wardoyo  yang menjabat tahun 2011 hingga Juni 2018. Selama hampir dua periode dia berhasil mengangkat kabupaten ini menjadi potensial dan mandiri.

Sehubungan dilantiknya Wakil Bupati Kulonprogo yang baru, Fajar Gegana, pada 12 Juni 2020 sebagai pendampingi Bupati Sutedjo, Hifni menyampaikan selamat bekerja melayani masyarakat demi kemajuan daerah.

Menurut Hifni, terdapat banyak potensi yang harus digarap maksimal yaitu kawasan Perbukitan Menoreh hingga laut selatan, keduanya adalah ujung tombak peningkatan ekonomi daerah dan masyarakat.

Anggota Komisi A DPRD DIY ini menambahkan pemerintah setempat harus mampu membuat road map pembangunan yang keberlanjutan supaya yang sudah berjalan selama ini tidak mangkrak.

“Perkembangan teknologi juga harus jadi acuan pemerintah daerah, karena akan menjadi bagian utama roda pembangunan di segala bidang,” ujar pria kelahiran 1988 itu.

Penyandang gelar MBA ini melihat keberadaan Jogja Agro Techno Park  (JATP) di Nanggulan merupakan aplikasi pemanfaatan teknologi bagi kesejahteraan masyarakat.

Selain sarat unsur teknologi, fasilitas tersebut juga bisa menjadi destinasi wisata edukasi terutama kaum milenial yang sangat akrab dengan teknologi informasi.

Baginya, kaum milenial adalah sumber ide kreatif dan inovatif. “Sebaiknya pemerintah daerah mengikutsertakan kaum muda ini dalam gerakan pembangunan. Sekarang ini zaman milenial,” tegasnya.

Namun demikian kemajuan teknologi harus diimbangi pemikiran konstruktif, sosial budaya dan agama. Itulah yang akan menjadikan warga Kulonprogo menjadi insan yang lengkap yakni maju di bidang teknologi, sejahtera ekonominya dan bahagia. Oleh karena itu eksistensi pondok pesantren juga harus menjadi perhatian pemerintah.

Mengenai keberadaan bandara Yogyakarta International Airport (YIA) serta Pelabuhan Tanjung Adikarta, anggota dewan dari Bendungan Wates itu berharap mampu menyejahterakan masyarakat Kulonprogo.

Hanya saja Hifni mengingatkan kemajuan harus diimbangi pengembangan kebudayaan. Selain itu, berbagai aspek sosial kemasyarakatan juga harus memperoleh porsi yang baik.

Hifni mengajak para pamong di kabupaten ini mengingat kembali pesan Gubernur DIY Hamengku Buwono X tatkala pelantikan bupati dan wakil bupati.

Waktu itu gubernur berpesan kabupaten yang mengusung visi Kulonprogo Sehat itu harus mengevaluasi road map pembangunan supaya visi tersebut tercapai.

Gubernur juga berpesan agar bupati tidak hanya berkegiatan di belakang meja saja namun harus turun ke masyarakat, memimpin dengan aksi sehingga visi penguatan ekonomi lokal berbasis ekonomi kerakyatan terwujud. (sol)