Komunikasi jadi Kunci Belajar Daring

Komunikasi jadi Kunci Belajar Daring

KORANBERNAS.ID, JAKARTA -- Covid-19 berdampak besar pada berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali pendidikan. Di Indonesia, sudah lebih dari beberapa bulan terakhir kegiatan belajar mengajar dilakukan dari rumah secara online.

Meski sebenarnya metode belajar online atau e-learning sebenarnya bukan hal baru bagi masyarakat Indonesia. Sebelum pandemi Covid-19, masyarakat Indonesia telah akrab dengan konsep e-learning, bahkan hingga di tingkat sekolah dasar sekalipun.

Namun tetap saja, perubahan metode pembelajaran menjadi online saat ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi penyedia layanan maupun penggunanya.

Sementara bagi dua kakak beradik Axel Santadi (17 tahun) murid kelas 11 SMA 34 dan Hanabelle (12 tahun) kelas 7 SMP 85 yang tinggal di wilayah Cinere, Jakarta Selatan mengaku tidak ada masalah dengan pendidikan online yang sudah mereka terima selama berbulan-bulan terakhir ini.

Mereka berddua tidak merasakan adanya kendala berarti dalam pendidikan online selama pandemi hingga kini. Bahkan merasa enjoy, meskipun berbulan-bulan tidak keluar rumah.

Hal tersebut terjadi karena hubungan yang harmonis antara kedua pelajar tersebut dengan kedua orang tuanya. Selain komunikasi yang terjalin baik dengan guru-guru mereka.

“Saya sama adik Hana selama berbulan-bulan sama sekali tidak keluar rumah, kami juga tidak mau keluar rumah meskipun kadang mommy mengajak keliling komplek dengan mobil, lebih nyaman dan aman di rumah,” ujar Axel.

Menurutnya jika keluar rumah jika tidak ada kepentingan akan berbahaya, hal tersebut juga sesuai dengan anjuran pemerintah untuk mengikuti protokol kesehatan.

“Tidak, karena selama pandemi kegiatan belajar online banyak tugas, dari pagi hingga siang dan ada jam istirahat. Tidak ada alasan untuk tidak belajar dan mendapatkan pendidikan meskipun via online,” ujar Axel pemuda ganteng dengan tinggi lebih dari 180 cm tersebut.

Anak pertama pasangan Wireng dan Mahendra tersebut juga menceritakan saat liburan sekolah kemarin dengan mengisi kegiatan yang bermanfaat dan menghasilkan, yaitu jualan kue secara online bersama adiknya Hanabelle. Axel jago membuat brownies dan Hana dengan kue bollennya.

Hal tersebut tak lepas dari peran mommy mereka, Mahendra yang jago masakan dan baking. “Semua itu terjadi mengalir saja, selama pendidikan anak-anak secara online tidak ada masalah. Pagi-pagi mereka bangun, mandi, sarapan dan sekolah secara daring, tidak perlu dipaksa-paksa. Sejak kecil sebagai orang tua berusaha menanamkan disiplin soal waktu dan sekolah,” katanya.

Bahkan yang tidak disangka-sangka yaitu selama liburan bersama kedua anaknya melayani pembuatan kue-kue dari pesanan teman-teman mereka, seperti brownies, bollen, cake marmer atau lainnya.

Ada hal baru yang membuat mereka semakin kuat di tengah menghadapi pandemi Covid 19 dan pendidikan online, yaitu mereka melakukan ibadah bersama keluarga yang dilakukan setiap malam mulai jam 19.00 hingga selesai.

“Ibadah offline dilarang waktu itu, kemudian kami mengikuti jejak kakak kami yang di Semarang melakukan ibadah keluarga setiap hari kecuali minggu. Meskipun sekarang ibadah offline sudah diizinkan kami tetap melakukan ibadah keluarga,” ujar Iin panggilan akrab Mahendra.

Sebab di ibadah keluarga itu, selalu menyanyi, belajar firman Tuhan, juga dilakukan sharing atau saling menyampaikan apa yang terjadi selama sehari-hari ada masalah atau bersyukur atas sesuatu.

Ibadah keluarga ini diakhiri dengan berdoa secara bergiliran di akhir ibadah keluarga. Hal ini sungguh menguatkan Iin secara pribadi. Pagi sampai siang anak-anak sekolah online, malam mereka menutup dengan ibadah keluarga dengan rasa syukur.

Di sisi lain, Iin menceritakan suatu kali selesai ibadah malam keluarga kecil kami Hana tidak bisa membendung airmatanya. Selesai dia membawakan doa setelah mendengar dan merenungkan firman Nya lalu kakaknya, Axel mulai mengajak menyanyi sebagai penutup ibadah matanya berkaca-kaca dan bolak balik mengusap matanya.  

“Akupun juga ikut menangis. Aku peluk dia... Knapa dhe?”

“Adhe tiba-tiba rasanya sedih banget, mi.... Pingin nangis. Duuuuh aku merasakan nyeseg juga disaat besok pengumuman kelulusan, beberapa bulan tidak bisa ketemu teman-teman, dan banyak hal yang tidak bisa mereka lakukan Bersama-sama saat lulus SD,” ujarnya.

“Moment ini menjadi kekuatan bagi kami sekeluarga, kami tidak hanya berdoa untuk kepentingan pribadi tapi juga memohon kepada Dia atas pandemi, bangsa dan negara juga hal lainnya, kami sungguh menikmatinya,” tambah Iin. 

Iin juga menceritakan bahwa komunikasi dengan guru-guru pendidik anak-anaknya sangat penting. Komuniasi dua arah tersebut akan menghasilkan hal-hal positif, baik dirinya sebagai orang tua maupun untuk kepentingan pendidikan dan masa depan kedua anaknya.

“Suster-suster (SD Charitas dibawah Yayasan Katholik) dan guru-guru kedua anak saya sangat kooperatif, kami sebagai orang tua sangat berterima kasih kepada mereka yang telah memberikan Pendidikan meski harus secara online. Tetapi ini lebih baik dilakukan di tengah pandemic yang belum lewat,” pungkas Iin.

Selain pendidikan online lewat sekolah, anak bungsunya juga tidak keberatan untuk tetap mengikuti kursus online les Bahasa Inggris yang sudah diikuti sejak mereka masih duduk di bangku TK. (*)