Keraton Yogyakarta Kirim Dua Kereta Kencana

Keraton Yogyakarta Kirim Dua Kereta Kencana

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO -- Kereta Kencana Keraton Yogyakarta sengaja didatangkan ke Purworejo Jawa Tengah untuk memeriahkan Kirab Budaya, Sabtu (7/3/2020) sore. Keraton Yogyakarta mengirimkam dua kereta kencana yang didukung tujuh kereta lainnya.

Kirab dalam rangka peringatan Hari Jadi Purworejo tersebut diikuti Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan 16 bregada serta tim kecamatan se-kabupaten itu.

Peserta kirab mengenakan busana tradisional. Para pimpinan OPD mengenakan surjan lengkap, blangkon dan keris untuk pria. Sedangkan wanita berkebaya mengenakan konde namun yang berkerudung tidak wajib pakai konde.

Camat perempuan berdandan ala Ksatrian dengan mengenakan celana panjang dipadu kain selutut. Warna busana domiman hitam.

Urut-urutan kirab diawali Bregada Wirabraja Keraton Yogyakarta, tari Cimpoling dari kecamatan Pituruh yang diikuti tiga orang pimpinan OPD menunggang kuda.

Kereta pertama ditumpangi Wakil Bupati dan istri Bupati Purworejo, kereta kedua mengangkut keluarga Bupati Purworejo, kereta berikutnya diisi para pimpinan OPD, Forkominda dan  pimpinan BUMN/BUMD.

Urutan berikutnya Kecamatan Bruno dipimpin camat Netra Asmara Sakti. Peserta dari kecamatan ini menampilkan pasukan Diponegoro, pejuang dan ulama yang konon tinggal di wilayah tersebut.

Para ulama ketika itu berpegang Pusaka Suci Wahyune Ilahi (Kitab Suci Wahyu Ilahi). Bruno juga memamerkan Tari Doalak Putri Wuyungsari Karang Malang.

Kecamatan Kutoarjo yang dipimpin Sumarjono menampilkan kesenian Dolalak Putri Arum Manis serta prajurit Sawunggalih. Konon semasa pemerintahan Pangeran Sawunggalih tahun 1801, Kutoarjo merupakan kabupaten tersendiri. Pada 1831 Kutoarjo bergabung menjadi satu dengan Purworejo.

Aksi peserta kirab yang menarik perhatian penonton. (w asmani/koranbernas.id)

Kecamatan Bayan dipimpin Camat Mohammad Haryono menampilkan prajurit Jayengkewuh, salah satu prajurit dari Cokronegoro bupati pertama Purworejo.

Jayengkewuh bermukim di Sucen yang menurunkan kiai di Sucen. Pasukan Jayengkewuh saat itu ahli panahan (jemparing). Saat kirab Kecamatan Bayan memamerkan pasukan panahan dan lesung jumlenggung yang dimainkan ibu-ibu Desa Bandungrejo.

Pasukan penutup beradah dari Kecamatan Banyuurip di bawah pimpinan Camat Triwahyuni Wulansari. Kecamatan tersebut menampilkan pasukan prajurit Joyokusuma. Konon Pangeran Joyokusumo meninggalkan Kerajaan Mataram dan mengasingkan diri di Banyuurip Purworejo.

Selain menampilkan kesenian Jaran Kepang (Kuda Lumping) Trijoyo, kepala kelurahan maupun kepala desa se-kecamatan Banyuurip semuanya menunggang kuda.

Dari 26 desa ataupun kelurahan se-Kecamatan Banyuurip ditambah dengan camat, maka kecamatan tersebut menampilkan 27 kuda, jumlahnya tercatat paling banyak.

Peserta kirab menunggang kuda. (w asmani/koranbernas.id)

Kereta Kirab

Widodo warga Rotowijayan Yogyakarta yang bertugas mengawal Kereta Kencana Keraton Yogyakarta dan 7 kereta pendukung mengatakan, rombongan tiba di Purworejo, Jumat (6/2/2020) sore.

Kereta tersebut langsung disimpan di depan Pendapa Agung Kabupaten Purworejo. "Satu kereta satu armada, berarti semuanya menggunakan sembilan truk," papar Widodo.

Peserta lainnya yang akrab dipanggil Pakde mengatakan kereta miliknya turut ditampilkan pada Kirab Budaya Purworejo.

"Saya memang menyewakan kereta dan kuda untuk khataman maupun acara budaya. Tarif sewa per harinya Rp 2,5 juta dan untuk kuda per ekornya Rp 1,5 juta per hari," ujar Pakde. Satu kereta biasa ditarik dua kuda.

Siswa SDIT Kutoarjo, Azhar (8), mengaku senang menyaksikan tontonan budaya tesebut. "Saya senang melihat karnaval. Saya tidak sengaja menonton, sedang nunggu kakak main tenis di komplek Rumah Dinas Bupati,” kata dia. (sol)