Karya Busana Unik Ini Terinspirasi Saat Pandemi

Karya Busana Unik Ini Terinspirasi Saat Pandemi

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Pandemi panjang Covid-19 tidak selalu menyebabkan keterpurukan usaha seseorang. Sempat berhenti beberapa bulan saat awal pandemi, kini perancang busana Essy Masita justru meluncurkan second brand-nya yang kedua pada Minggu (16/8/2020) di Candi Tirto Raharjo Kasongan Bangunjiwo Kasihan Bantul.

Brand dengan nama Aluna by Putri Shabrinna ini diperkenalkan pada event Overture Essy Masita:  Launching and Virtual Fashion Show. Aluna merupakan brand hasil kolaborasi Essy dengan putri keduanya yang bernama Putri Shabrinna.

Demi memaksimalkan karya-karya di Maharani Persada dan Aluna, Essy bahkan menambah karyawan. Di sela-sela launching second brand-nya Essy menyampaikan, pandemi bukan menjadi alasan untuknya berhenti berproduksi dan berkarya. Justru dengan pandemi ini dia makin bersemangat untuk mengeluarkan energi positif.

“Walau baru diluncurkan hari ini, Aluna sebenarnya sudah berproduksi sejak tahun lalu. Respons konsumen di pasar platform digital dan daring bagus, sehingga kami memutuskan meluncurkan label Aluna by Putri Shabrinna untuk ikut meramaikan kancah mode dan pasar fesyen, sekaligus memaksimalkan kreasi dan inovasi kami,” lanjutnya.

Berbeda dengan busana-busana di bawah label Maharani Persada miliknya yang selalu melayani busana custom  (pesanan) dan made by order, melalui Aluna Essy memproduksi busana siap pakai (ready to wear) untuk pasar yang lebih luas, yaitu anak muda. Walau merambah pasar milenial, Essy tetap menampilkan ciri khasnya di Aluna, yaitu menggunakan wastra Nusantara.

Contohnya dalam Overture Essy Masita: Launching and Virtual Show Aluna by Putri Shabrinna, Essy menampilkan motif-motif Toraja yang dipadukan dengan motif dari Jawa. “Karena saya orang Jogja maka saya memadukan lurik dalam karya ini,” ungkapnya.

Salah satu ciri khas karya Essy Masita. (muhammad zukhronne ms/koranbernas.id)

Satu lagi yang khas dan tak pernah ketinggalan, yaitu menampilkan rajutan tangan khas Maharani Persada ke dalam Aluna.

“Saya selalu menggunakan wastra Nusantara. Karena itu kekayaan bangsa kita. Ada eksotisme  kuat di dalamnya. Maka karya saya tak jauh dari lurik, tenun, tie dye, ecoprint, dan batik, kalau polosan saya menggunakan serat kayu," papar Essy yang tinggal di Golo Umbulharjo ini.

Pada peluncuran Aluna, Essy ditampilkan 18 busana karyanya secara virtual melalui platform streaming sosial media. Enam peragawati dibagi menjadi tiga sesi.

“Mengusung tema Toraja Exoticism pada panggung yang menyerupai candi-candi sangat cocok dengan outfits yang etnik, Maka tenun Toraja saya kedepankan,” terang Essy.

Dengan tetap mengacu pada protokol kesehatan, peluncuran dan peragaan busana ini tertutup untuk umum, hanya dihadiri undangan khusus sebanyak belasan orang, yang merupakan kolega dan konsumen setia karya-karya Essy.

Sebagai desainer yang bergelar sarjana Fisipol UGM, Essy ini mengaku acara Overture Essy Masita ini sangat berarti baginya, ini merupakan momen untuk bangkit.

“Walau  kondisi belum menentu, kita harus berani berkarya, dan yang terpenting kita harus bisa beradaptasi dan menyiasati keadaan dengan kondisi yang dihadapi saat ini,” lanjut Essy yang menggeluti dunia fesyen sejak 1995.

Karya adaptif dan unik muncul di tengah pandemi bisa dilihat dari beberapa produk yang diperagakan. “Karya ready to wear yang nyaman dipakai saat work from home, tapi juga bisa cocok untuk digunakan saat di luar. Kami juga memadukan masker yang sesuai dari setiap desain," kata Essy. (sol)