Duit Tersedia Rp 700 Triliun Pemda Lambat Mengeksekusi

Duit Tersedia Rp 700 Triliun Pemda Lambat Mengeksekusi

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Bank Indonesia (BI) mendesak pemerintah segera mengeksekusi anggaran pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Secara nasional duit tersedia sebesar Rp 700 triliun berasal dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) namun pemerintah terkesan takut mengeksekusinya.

Ini terungkap saat berlangsung diskusi Membangun Ketahanan Ekonomi Daerah di masa Pendemi, Sabtu (18/7/2020), di Taru Martani Coffee & Resto.

“Dananya besar sekali. Harus segera dieksekusi kalau ingin ekonomi cepat berjalan. Apabila dana hanya diendapkan menumpuk di perbankan maka jadi masalah. Ujung-ujungnya lari ke BI dibelikan SBN, muter lagi,” ungkap Miyono, Deputi Bank Indonesia Perwakilan Yogyakarta.

Didampingi narasumber lainnya yaitu Asisten Bidang Perekonomian Sekda DIY Tri Saktiana, Sekretaris Jercovid Apriyanto, Pemimpin Divisi Perkreditan Bank BPD DIY Nur Iswantoro, Ketua Komisi B DPRD DIY Dwi Wahyu Budiantoro dan anggotanya Agus Sumartono, Miyono menegaskan tidak ada cara lain mendongkrak perekonomian DIY kecuali harus segera mempercepat realisasi anggaran.

Bank sentral, lanjut dia, sudah mendorong dinas-dinas di DIY segera melaksanakan kegiatan. Proyek-proyek yang memungkinkan segera dikerjakan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.

“Kalau tidak ada konsumsi ekonomi tidak bisa bergerak. Ini jadi permasalahan karena konsumsi menopang 50 persen ekonomi DIY. Jika konsumsi DIY tak segera jalan sulit mendongkrak ekonomi. Nasional juga begitu, 66 persen ekonomi digerakkan konsumsi,” ucapnya.

Dari sisi moneter, kata dia, likuiditas perbankan sebenarnya sudah dipermudah dengan harapan bisa mendorong kredit. Bahkan Bank Indonesia menurunkan suku bunga. “Tak hanya itu, kebijakan permodalan juga kita ubah,” tambahnya

Lagi-lagi, dia menyayangkan ada kendala pelaksanaan. BI Yogyakarta sudah mengumpulkan Dinas Sosial se-DIY agar segera melakukan berbagai upaya pemulihan ekonomi yang sampai saat ini belum bergerak.

“Tanpa pergerakan di sektor riil akan sangat sulit bagi perbankan. Memang masyarakat sekarang lagi menata ekonomi dan pendapatan. Tidak terlalu banyak konsumsi tapi menyimpan. Ini yang jadi masalah bagi perbankan,” kata dia.

Miyono mengajak masyarakat DIY untuk menaikkan konsumsi salah satunya dengan cara membeli produk UMKM. “Mari kita jajan. Konsumsi apa saja. Tanpa konsumsi dampaknya sangat berat. Ekonomi nasional akan minus. Ini pekerjaan rumah bagi kita untuk bangkit,” paparnya.

Miyono sepakat untuk menggerakkan ekonomi DIY maka motor penggerak utama sektor pariwisata dan pendidikan harus diutamakan karena akan mendorong sektor lain. (sol)