CCFI dan Tokopedia Berdayakan UMKM Lokal

CCFI dan Tokopedia Berdayakan UMKM Lokal

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)  terbukti memberikan sumbangan yang tidak sedikit bagi negara. Tercatat sektor ini memberikan kontribusi 60 persen bagi pendapatan negara.

Sebagai bentuk partisipasi mendorong pertumbuhan perekonomian nasional di masa pandemi Covid-19, Tokopedia bersama Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI) serta Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil-Mikro (ASPPUK), menghadirkan program pemberdayaan UMKM lokal khususnya UMKM perempuan dan difabel.

Direktur Public Affairs, Communications & Sustainability PT Coca-Cola Indonesia, Triyono Prijosoesilo, menyatakan melalui CCFI, yayasan yang berdiri 8 Agustus 2000, pihaknya berkomitmen mendorong para pelaku UMKM khususnya perempuan dan difabel tumbuh, maju dan berkembang.

Hal ini sejalan dengan program global CCFI untuk membangun 5 juta pengusaha perempuan. “Kita mendorong kerja sama dan bermitra. Kita tidak bisa melakukan sendiri. Kami perlu partner,” ungkap Triyono pada acara Virtual Press Conference: Perempuan Wirausaha Tangguh dan Kreatif, Selasa (8/9/2020).

Hadir pula VP of Corporate Communications Tokopedia, Nuraini Razak, Deputy Director Asosiasi Perempuan Pengusaha Usaha Kecil (ASPPUK), Mohammad Firdaus, pemilik usaha Sabun Langis, Yomi Windri Asni, pemilik usaha Kerajinan Wayang Sodo, Rofitasari Rahayu (difabel) serta pemilik usaha Aulya Lurik, Suyatmi.

Menurut Triyono, melalui Program Perempuan Wirausaha Tangguh dan Kreatif diharapkan kaum ibu maupun difabel pelaku UMKM menjadi lebih berdaya. “Jika perempuan berdaya, mereka akan investasi di bidang kesehatan dan keluarga,” kata dia.

Disampaikan, program pemberdayaan UMKM lokal dan difabel ini dimaksudkan untuk mendorong perekonomian nasional secara digital. Tiga pilar besar CCFI adalah human capital, pengelolaan sampah dan air. CCFI sejak awal percaya, membangun kapasitas manusia Indonesia merupakan kunci utama membangun negeri ini agar lebih maju.

Nuraini Razak menambahkan, saat ini Tokopedia menjadi rumah hampir 9 juta pelaku usaha. Pada masa pandemi Covid-19 para pelaku usaha yang bergabung bertambah jumlahnya hampir mencapai 2 juta.

“Dengan memanfaatkan digital diharapkan semakin banyak masyarakat menggunakan produk buatan Indonesia, lebih banyak yang mendukung UMKM lokal, bangga buatan Indonesia,” ujarnya.

Dia menyebutkan hampir 89 persen kecamatan di seluruh Indonesia sudah tersentuh Tokopedia. Terdapat tidak kurang 100 juta pengguna aktif setiap bulannya, bahkan satu dari tiga penduduk Indonesia memiliki akses ke aplikasi tersebut.

Nuraini menyambut baik kolaborasi dengan CCFI maupun ASPPUK mengingat sukses tidak mungkin diraih sendirian. “Kita punya semangat sama memberdayakan UMKM agar mandiri, semoga program ini bisa memulihkan perekonomian pada masa pandemi,” tambahnya.

Dia mengakui sebelum pandemi belum banyak pelaku UMKM mengenal berjualan online. Begitu masuk Tokopedia mereka tidak saja mampu bertahan namun usahanya berkembang lebih baik.

Bagi ASPPUK, sambung Mohammad Firdaus, kolaborasi seperti ini sangat bermanfaat. Inilah yang diidam-idamkan para pelaku UMK sejak lama. “Semoga memberikan berkah. Saatnya ibu-ibu pelaku UMKM masuk pemasaran online,” kata dia.

Harapannya kerja sama tersebut menjadi inspirasi, membuka semangat, pengetahuan maupun cakrawala ibu-ibu bahwa berjualan online itu tidak sulit. “Ibu-ibu yang selama ini tidak pernah berdagang online ternyata bisa. Difabel juga bisa. Kerja sama ini ibarat membuka kotak pandora,” kata dia.

Tahap awal, lanjut dia, program pendampingan yang dimulai sejak 2019 itu baru dilaksanakan di tiga provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan DIY.  “Mudahan ke depan menjadi percontohan. Ini kerja sama yang ditunggu ibu-ibu di kampung-kampung, jangan sampai hanya jadi penonton,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu Yomi Windri Asni, Rofitasari Rahayu serta Suyatmi berbagi kisah sukses setelah mengikuti program tersebut. Omzet yang semula drop pada awal masa pandemi kembali pulih bahkan meningkat.

“Responsnya bagus. Sejak ikut program, saya jadi mengenal platform digital. Kita masih didampingi supaya volume penjualan meningkat. Manfaatnya langsung saya rasakan, mulai dari awal membuat akun, membuat foto produk yang menarik sampai menyelesaikan pesanan. Itu detail sekali dan mudah diikuti,” kata  Yomi.

Sedangkan Eri yang mendampingi Rofitasari Rahayu, seorang difabel warga Gunungkidul pemilik usaha kerajinan wayang dari sada (lidi), mengakui program pendampingan ini sangat menarik. Dirinya merasa terbantu ketika ingin lebih mendalami srategi pemasaran. (*)