Berkat Bu Tejo, Film Tilik Ditonton 2,5 Juta Orang dalam Waktu Empat Hari

Berkat Bu Tejo, Film Tilik Ditonton 2,5 Juta Orang dalam Waktu Empat Hari

KORANBERNAS.ID, JOGJA – Beberapa hari terakhir jagad lini masa di Indonesia dihebohkan dengan Bu Tejo. Lebih dari 2,3 juta orang menonton Youtube hanya untuk melihat Bu Tejo nyinyir tentang kehidupan Dian yang digosipkan jadi wanita ‘nakal’ karena punya harta benda tanpa bekerja. Bahkan di Twitter, nama Bu Tejo dan Tilik jadi trending topic selama beberapa waktu.

Adalah Film Tilik yang dibesut Ravaxana Films dan Dinas Kebudayaan (disbud) DIY pada 2018 lalu. Walaupun sudah dua tahun diproduksi, baru sekarang film tersebut banyak diperbincangkan warganet, bahkan dibuat meme oleh sejumlah akun gosip di media social (medsos) mulai 17 Agustus 2020 kemarin. Sosok Bu Tejo yang dimainkan secara apik oleh Siti Fauziahdi film pendek berdurasi sekitar 32 menit tersebut mampu membuat penonton Youtube seperti bercermin dengan dirinya sendiri.

Meski dengan cerita yang sederhana dengan lima pemain utama di beberapa scene, film ini justru membawa pesan moral yang luar biasa. Bu Tejo yang dianggap biang gosip karena mencari tahu tentang kehidupan Dian di berbagai medsos justru mengajarkan tentang cek dan rice atas isu yang tengah berkembang, tak sekedar percaya mentah-mentah informasi yang didapat.

Disutradarai Wahyu Agung Prastyo, film yang dibumbui adegan-adegan lucu ini bersetting di bak truk terbuka. Segerombolan ibu-ibu tanpa konfirmasi terlebih dahulu menyewa truk terbuka tersebut dari arah Imogiri untuk menengok Bu Lurah yang dikabarkan sakit di salah satu rumah sakit di Gamping. Sembari naik truk, mereka memperbincangkan tetangga mereka Dian yang banyak didekati laki-laki.

Bu Tejo yang biang gosip pun menyampaikan informasi yang dilihatnya tentang kehidupan glamor Dian yang keluar masuk hotel bersama lakilaki tua dari sosmed  kembang desa tersebut. Perdebatan muncul karena ibu-ibu lain di truk tersebut tak percaya ceritanya. Hingga di akhir film, ternyata apa yang disampaikan Bu Tejo benar adanya karena Dian menjalin hubungan dengan suami Bu Lurah.

Produser film Tilik, Elena Rosmeisara saat dihubungi, Kamis (20/8/2020) mengungkapkan sengaja mengambil isu yang sangat lokal dalam film yang berhasil menyabet tiga penghargaan internasional tersebut. Isu-isu lokal yang dekat dengan keseharian masyarakat justru membuat film tersebut menarik untuk ditonton.

“Tergetnya kami ingin mempertemukan film ini seluas-luasnya pada masyarakat. Kami ingin mengedukasi kalau budaya croscek masih tidak merata di masyarakat kita melalui pesan yang disampaikan bu tejo. Namun kami membebaskan intepretasi masyarakat akan film ini,” jelasnya.

Menurut Elena, edukasi cek dan ricek jadi tema penting karena pembuatan film tersebut dimulai saat masa-masa kampanye pemilihan presiden (pilpres) pada 2018 lalu. Banyak informasi yang simpang siur kala itu yang menyebabkan banyak hoaks bertebaran.

Dalam film yang dibuat selama sembilan bulan tersebut,  Elena juga ingin menyampaikan tentang kemerdekanan perempuan dalam menentukan dirinya sendiri. Dari sosok Dian yang menjadi pengambil lelaki orang atau pelakor demi mendapatkan kemewahan dibalik sosoknya yang lugu, Elena menyelipkan pesan bahwa perempuan harus mampu mandiri tanpa bergantung pada laki-laki, perempuan bisa menentukan kehidupannya sendiri. Karena itulah film yang naskahnya ditulis oleh Bagus Sumartono ini diunggap di Youtube saat peringatan hari kemerdekaan RI ke 75 kemarin.

Kemandirian perempuan tersebut terinspirasi dari ketiga ibu penggagas film tersebut. Hidup tanpa ayah, ibu mereka yang janda mampu mandiri dan menentukan kehidupannya sendiri.

“Meski ibu saya, agung dan bagus adalah janda, mereka mampu mandiri terhadap kehidupan mereka,” ungkapnya.

Pada akhirnya, melalui film yang pernah menjadi pemenang untuk Kategori Film Pendek Terpilih pada Piala Maya, Official Selection Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) 2018 dan Oficial Selection World Cinema Amsterdam 2019 tersebut, para sineas Indonesia tidak perlu takut berkarya sebaik-baiknya. Viral ataupun tidak, sineas Indonesia harus terus berkarya. (yve)