Anggota MPR RI Undang Tokoh Pemuda Bantul, Ini yang Dibicarakan

Anggota MPR RI Undang Tokoh Pemuda Bantul, Ini yang Dibicarakan

KORANBERNAS.ID, BANTUL – Anggota MPR RI dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Cholid Mahmud, mengundang perwakilan tokoh-tokoh pemuda maupun pemuka masyarakat dari berbagai pelosok Kabupaten Bantul. 

Pada pertemuan yang berlangsung Minggu (20/9/2020) di RM Goeboek Resto Kompleks Ruko Tandan Raya Jalan Wonosari Km 1 Pringgolayan Banguntapan Bantul kali ini, Cholid mengajak mereka berbicara maupun berdialog mengenai persoalan kebangsaan.

“Saat ini, upaya mempertahankan dan mewariskan nilai-nilai kebangsaan kepada generasi milenial dan generasi bangsa sangat penting dilakukan, agar bangsa Indonesia ke depan dapat mengatasi ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan,” kata Cholid Mahmud menyampaikan pengantarnya pada pertemuan dalam rangka Sosialisasi Tata Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, Tahap Ketiga Tahun Program 2020 itu.

Dia menyebutkan, tantangan kebangsaan tidak hanya berasal dari luar seperti berbagai manuver asing di perairan wilayah yurisdiksi nasional, tetapi juga dari dalam berupa berbagai konflik terkait isu SARA, degradasi moral dan lain-lain.

Dengan nilai-nilai kebangsaan itulah, lanjut Cholid, akan terbangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang lebih maju, lebih percaya diri dan searah dengan cita-cita serta tujuan nasional yang digariskan para pendiri negara ini.

Menurut Cholid, MPR RI mengadakan Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan melalui Sosialisasi Tata Kehidupan Berbangsa dan Bernegara: Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, supaya dapat memupuk rasa, paham, dan semangat kebangsaan masyarakat untuk menjadi manusia berkarakter ke-bangsa Indonesia-an yang kuat.

“Pemantapan nilai-nilai kebangsaan ini bertujuan untuk mentransformasikan, menumbuhkan, dan melestarikan nilai-nilai kebangsaan kepada setiap komponen bangsa yang bersumber dari nilai-nilai Pancasila, UUD NRI 1945, dan NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika,” kata dia.

Diharapkan nilai-nilai empat konsensus dasar kebangsaan tersebut dapat tercermin di dalam pemikiran, sikap dan perilaku setiap warga negara Indonesia.


Sebagian peserta sosialisasi yang diadakan anggota MPR RI Cholid Mahmud. (istimewa)

Hadir pula pada acara ini narasumber HM Wajdi Rahman SIP MAP. Dia adalah alumni Program Pendidikan Lemhanas PPRA LX Tahun 2020.

Di hadapan peserta, Wajdi Rahman yang pernah menjabat anggota DPRD DIY ini menyatakan, bagi sebuah bangsa perubahan zaman merupakan keniscayaan yang tidak bisa dihindari.

Perubahan adalah kebutuhan untuk proses kemajuan. Perubahan selalu membawa peluang, ancaman dan dampak yang tidak bisa dihindari,” ungkapnya.

Menurut dia, era industri 4.0 juga termasuk perubahan di mana untuk memproduksi suatu barang harus mengintregasikan antara teknologi cyber dan teknologi otomatisasi.

Dampak era revolusi industri 4.0 adalah penerapannya tidak lagi memberdayakan tenaga kerja manusia, sebab semuanya menerapkan konsep otomatisasi.

Konsekuensinya setiap negara harus bersaing mengembangkan kualitas kualitas sumber daya manusia dengan meningkatkan kecerdasan manusia.

“Persaingan antar negara dewasa ini menuju persaingan yang disebut Brain to Brain Competition (persaingan kecerdasan secara vlobal). Mengabaikan realitas persaingan ini maka bisa jadi Indonesia akan terpinggirkan dalam pentas kompetisi global dan akan dipandang rendah oleh bangsa yang lain,” paparnya.

Harta dan tahta

Wajdi menjelaskan, keluarga merupakan sarana pertama mengembangkan nilai-nilai kecerdasan yang berdasar agama, etika dan moral bangsa.

“Persoalannya, stimulasi dan fasilitasi kecerdasan sering salah arah yakni penanaman nilai diarahkan hanya untuk mengejar status dan materi sehingga anak-anak bangsa suksesnya hanya diukur dari akumulasi harta dan tahta semata,” ujarnya prihatin.

Wajdi mengatakan kekayaan Indonesia berupa ragam suku, budaya, bahasa, etnis, golongan dan agama merupakan kekuatan positif yang dapat mendukung pembangunan bangsa. “Namun di sisi lain juga mengandung potensi konflik, bila tidak dikelola dengan baik dapat mengancam kelangsungan dan tetap tegak utuhnya NKRI ke depan,” tandasnya.

Inilah pentingnya merangkai keberlanjutan fikrah bangsa yaitu pola pikir, pola sikap dan pola perilaku bangsa Indonesia berdasarkan nilai-nilai kebangsaan yang bersumber dari empat konsensus dasar berbangsa dan bernegara. (*)